REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut data Pew Research Center, ada sekitar 400 ribu orang Islam di Argentina pada 2010. Sumber lain mengajukan angka yang lebih banyak, yakni 700 ribu Muslim.
Kebanyakan merupakan keturunan Suriah atau Lebanon yang hijrah ke Amerika Selatan sejak 1850. Meskipun kaum Muslim merupakan minoritas, Pemerintah Argentina dinilai cukup mengakomodasi kepentingan mereka.
Hal ini terbukti antara lain dengan keberadaan Masjid Islamic Cultural Center (ICC) di Buenos Aires, ibu kota negara tersebut. Rumah ibadah itu terwujud berkat kerja sama bilateral Argentina dengan Kera jaan Arab Saudi. ICC ini merupakan masjid yang terbesar bukan hanya di Argentina, melainkan juga seantero Amerika Selatan.
Wacana pendirian Masjid ICC Buenos Aires bermula pada 1995. Presiden Argentina saat itu, Carlos Menem, atas nama negara menyumbangkan lahan seluas 3,5 hektare di kawasan Palermo, Buenos Aires, kepada komunitas Muslim setempat. Sebagai informasi, meskipun beragama Katolik, Menem masih keturunan Suriah-Muslim. Pemberian lahan ini merupakan bentuk komitmen yang lebih lanjut.
Sebelumnya, dia telah menerima kunjungan kenegaraan Raja Arab Saudi. Atas dukungan negeri petrodolar itu pula, Masjid ICC diberi nama lengkap Pusat Kebudayaan Islam Pemelihara Dua Tanah Suci, Raja Fahd (Custodio de las Dos Sagradas Mezquitas, Rey Fahd).
Perancang Masjid ICC Buenos Aires, Zuhair Fayaz, berasal dari Arab Saudi. Agaknya, sang arsitek berusaha membawa nuansa Masjid al-Haram di Makkah ke Buenos Aires. Hal itu terasa dari penam pakan dua menara masjid ini yang bentuknya persis menara-menara masjid di Tanah Suci.
Di samping itu, gaya bangunan Ottoman (Turki) juga terlihat jelas, khususnya dari bentuk kubah utama yang memberi corak khas bangunan masjid ini. Proyek pem bangunannya mulai berlangsung sejak tahun 1998 serta menghabiskan dana hingga 15 juta dolar Amerika Serikat.