REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), TGH Muhammad Zainul Majdi menilai, tokoh Myanmar, Aung San Suu Kyi, tidak pantas dianugerahi sebagai penerima nobel perdamaian. Pria yang dikenal dengan sebutan Tuan Guru Bajang (TGB) menyoroti bungkamnya Aung terhadap persoalan yang jelas-jelas berada di depan matanya, yakni pembantaian terhadap warga Rohingnya.
"Saya pikir, orang yang membiarkan pembantaian tidak pantas dicatat sejarah sebagai penerima nobel," ujar TGB di Islamic Center NTB, Jumat (1/9).
TGB memandang, sikap bungkam di tengah tragedi kemanusiaan tak pantas dilakukan seorang penerima nobel perdamaian. Sebagai lambang perdamaian, Aung sejatinya harus bersuara dan menengahi konflik yang menimpa warga Rohingnya. Oleh karenanya, TGB mendesak komite nobel mencabut gelar tersebut. "Jadi harusnya dicabut dan diberi sanksi Internasional," kata TGB.
TGB menyebut pembantaian ini sebagai sebagai tragedi kemanusiaan yang menimpa orang-orang yang lemah. "Beberapa hari terakhir kita lihat pembantaian terhadap orang-orang tidak bersenjata, anak-anak, perempuan, orang tua, (jumlahnya) ribuan," kata TGB.
TGB mengaku heran lantaran komunitas internasional seperti menutup mata dan tidak ada pernyataan yang keras, apalagi hukuman atau sanksi kepada Pemerintah Myanmar. Padahal, dari sisi kemanusiaan, dan nilai-nilai agama, TGB meyakini tidak ada satu agamapun yang mengajarkan pembantaian seperti itu.