Ahad 03 Sep 2017 03:30 WIB

Iran Prioritaskan Program Rudal dan Ekspor Senjata

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ratna Puspita
(Ilustrasi) Rudal jarak menengah Iran, Zolfaghar, ditampilkan di sebuah jalan saat demonstrasi untuk mendukung perlawanan Palestina terhadap pendudukan Israel, di Teheran, Iran, 23 Juni 2017. Setiap tahun Iran menandai Jumat terakhir bulan puasa Ramadhan sebagai hari solidaritas untuk Palestina.
Foto: EPA/ABEDIN TAHERKENAREH
(Ilustrasi) Rudal jarak menengah Iran, Zolfaghar, ditampilkan di sebuah jalan saat demonstrasi untuk mendukung perlawanan Palestina terhadap pendudukan Israel, di Teheran, Iran, 23 Juni 2017. Setiap tahun Iran menandai Jumat terakhir bulan puasa Ramadhan sebagai hari solidaritas untuk Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN — Menteri Pertahanan baru Iran Jenderal Amir Hatami mengatakan prioritas Iran saat ini adalah untuk mendorong pengembangan program rudal dalam negeri. Hatami juga menuturkan, Iran akan meneruskan ekspor senjata untuk menopang negara tetangga yang menjadi sekutunya.

"Di medan tempur, kami memiliki rencana khusus untuk meningkatkan kekuatan rudal Iran," kata Jenderal Hatami, yang ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan Iran di awal bulan ini, dalam sebuah pidato pada Sabtu (2/9), seperti dilaporkan kantor berita ISNA.

"Insya Allah, kemampuan tempur rudal balistik dan rudal jelajah Iran akan meningkat dalam pemerintahan ini," kata Hatami, dikutip dari Arab News, Ahad (3/9).

Hatami juga mengatakan Iran akan terus melakukan ekspor senjata untuk mencegah perang dan konflik. "Negara manapun yang lemah, negara lain akan menyerangnya. Bila perlu, kami akan mengekspor senjata untuk meningkatkan keamanan kawasan dan negara, untuk mencegah peperangan," ungkapnya.

Hatami adalah Menteri Pertahanan Iran pertama yang selama lebih dari dua dekade, dipilih dari tentara reguler, bukan dari Garda Revolusi elit. Analis mengatakan, hal ini mencerminkan peningkatan konvergensi antara dua kekuatan militer Iran, setelah negara ini meningkatkan keterlibatannya dalam konflik regional di Suriah dan Irak, yang telah menjadi wilayah eksklusif Garda Revolusi sejak revolusi Islam 1979.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement