REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Korea Selatan akhirnya melengkapi pemasangan sistem pertahanan antirudal AS (THAAD), pada Kamis (7/9). Enam peluncur antirudal terakhir telah dipasang di Seongju, sekitar 300 km dari selatan Seoul.
Pemasangan THAAD dilakukan secara bertahap dalam kurun waktu lebih dari setahun setelah kesepakatan diambil antara mantan Presiden Korsel Park Geun-hye dan AS. Meski sulit, Perdana Menteri Korsel Lee Nak-yon mengatakan pemasangan ini harus dilakukan mengingat Korea Utara baru saja melakukan uji coba senjata nuklir keenam.
THAAD atau Terminal High Altitude Area Defense mendapat kritikan keras dari warga yang khawatir wilayah Seongju akan menjadi sasaran rudal Pyongyang. Mereka mencurigai adanya dampak kesehatan dan lingkungan dari radar sistem yang kuat.
Kementerian Pertahanan Korsel kemudian memberikan pernyataan mengenai penempatan THAAD. Menurut kementerian, peluncur antirudal hanya akan ditempatkan secara permanen di Korsel jika sistem tersebut telah melewati pemeriksaan dampak lingkungan yang menyeluruh.
"Pemasangan THAAD adalah keputusan yang sulit namun tak terelakkan oleh pemerintah, yang memiliki kewajiban untuk melindungi keamanan nasional dan melindungi kehidupan serta keselamatan masyarakat sebagai tanggapan atas kecanggihan program nuklir dan rudal Korea Utara," ujar PM Lee menurut kantor berita Yonhap.
CNN melaporkan, Seoul sebelumnya tidak ingin mempercepat pemasangan THAAD saat Presiden Moon Jae-in mulai menjabat pada Mei lalu. Saat itu dia mengajukan banding ke Korut dengan tawaran dialog dan kerja sama, namun tidak berhasil.
Sikap pemerintahan Moon terhadap THAAD menjadi lebih positif setelah Korut melakukan dua uji coba rudal balistik antarbenua pada Juli. Masalah lain yang dihadapi Korsel adalah menenangkan Cina dan Rusia, yang menyatakan kekhawatirannya atas keamanan THAAD.