REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan negaranya mendukung warga Kurdi untuk membentuk sebuah negara baru. Saat ini warga Kurdi memang sedang bersiap menggelar referendum untuk menentukan kemerdekaannya walaupun dilarang parlemen Irak.
"(Israel) mendukung upaya sah orang-orang Kurdi untuk mencapai negara mereka sendiri," ujar Netanyahu, Rabu (13/9).
Hal ini pernah dinyatakan pula oleh Netanyahu pada 2014. Kala itu, dalam sebuah pidato ia mengungkapkan bahwa minoritas Kurdi di Irak layak mendapatkan kemerdekaan politik.
Israel sendiri telah mempertahankan hubungan militer, intelijen, dan bisnis rahasia dengan Kurdi sejak 1960. Kendati demikian, Netanyahu mengatakan bahwa Israel, bagaimanapun, tetap mempertimbangkan Partai Pekerja Kurdistan yang berbasis di Turki (PKK) sebagai kelompok teroris. Dalam hal ini Israel mengambil posisi yang sama dengan Turki, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Selain di Irak, etnis Kurdi juga tersebar di Turki, Iran, dan Suriah. Keempat negara tersebut menentang upaya referendum kemerdekaan yang sedang diserukan olehnya. Hal ini karena, Irak, Turki, Iran, dan Suriah khawatir referendum akan memicu separatisme di antara populasi etnis Kurdi mereka sendiri.
Kurdi telah mencari dan mendambakan sebuah negara merdeka untuknya setidaknya sejak Perang Dunia I usai. Tepatnta ketika kekuatan kolinial memisahkan wilayah Timur Tengah setelah runtuhnya Kekaisaran Ottoman yang multietnis.