Sabtu 16 Sep 2017 23:00 WIB

Kontak Muslim Nusantara dengan Masyarakat Aborigin

Rep: c32/ Red: Agung Sasongko
Benda bersejarah dari Lombok ditunjukan saat pameran peradaban Islam Nusantara yang di selenggarakan di Islamic Center Nusa Tenggara Barat, Sabtu (30/7)
Foto: Republika/ Raisan Al Farisi
Benda bersejarah dari Lombok ditunjukan saat pameran peradaban Islam Nusantara yang di selenggarakan di Islamic Center Nusa Tenggara Barat, Sabtu (30/7)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jalinan perdagangan teripang itu surut pada 1906. Para nelayan tak sanggup dengan tingginya pajak dan kebijakan pemerintah kolonial yang membatasi perdagangan nonkulit putih.

Akan tetapi, lebih dari seabad berlalu, sejarah dua suku lain bangsa itu masih dirayakan oleh masyarakat Aborigin di Australia utara. Sebagian masyarakat Yolngu bahkan menganggap orang Makassar sebagai kerabat lama yang hilang.

Itu bukan satu-satunya kontak Muslim nusantara dengan masyarakat Aborigin. Pada akhir abad ke-19, awal abad ke-20, sekelompok orang Melayu bekerja di penambangan mutiara di Broome, pantai barat daya Australia.

Seperti halnya nelayan Makassar, banyak orang Melayu menikah dengan perempuan asli Australia. Hari ini, masih banyak keluarga di Australia Utara yang memiliki nama-nama seperti Doolah, Hassan, dan Khan.

Jauh-jauh dari Asia Selatan, para penunggang unta asal Afghanistan juga telah menjalin hubungan dengan Aborigin sejak 1850-an. Antara 1860-1930, sekitar 400 penunggang unta datang ke Australia. Mayoritas dari Afghanistan, tetapi sebagian datang dari India dan Pakistan.

Mereka mewariskan sejumlah masjid tertua dan memainkan peran kunci dalam membuka rute padang pasir. Orang-orang inilah yang meletakkan dasar infrastruktur jalur Overland Telegraph Line dan Ghan Railway yang melintasi padang pasir Australia dari utara ke selatan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement