REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dunia Islam akhir-akhir ini dinilai memiliki masalah di antaranya lemahnya ekonomi, politik, keamanan, serta adanya kemerosotan moral. Konflik internal antar sesama Muslim juga banyak terjadi disebabkan fanatik golongan yang berlebih dan lahirnya kelompok radikal yang tak terbendung.
Menurut mantan ketua MPR, Amien Rais, segala macam kesulitan yang multikompleks tersebut disebabkan yang pertama karena sebagian besar para pemimpin di dunia Islam tersebut telah jadi antek-antek kekuatan asing.
Untuk mengatasi hal itu, menurut pakar politik Timur Tengah UGM tersebut, masyarakat dunia Islam harus melakukan langkah-langkah kongkrit. "Yang pertama adalah menjadikan Alquran sebagai landasan utama pengelolaan kehidupan manusia," ujar Amien di tengah Kuliah Umum Perkembangan Peradaban dan Kebudayaan Timur Tengah yang digelar di SD Budi Mulia Dua, Yogyakarta, Senin (18/9).
Dengan berlandaskan Alquran, maka para pemimpin, ulama, dan umat Muslim pada umumnya harus bisa mandiri sesuai dengan yang diajarkan oleh Islam. Kemudian, masyarakat dunia Islam harus bersatu serta menjaga alam sebagai wujud menunaikan amanah manusia sebagai pemakmur bumi.
"Saya yakin kalau para pemimpin dunia Islam masih membaca dan mengamalkan Alquran maka mereka tidak akan tertipu dan menjadi bodoh. Sebaliknya, Alquran mampu membuat kita cerdas dan berpikir waspada," kata Amien menambahkan. Ia juga mengungkapkan, seandainya manusia bersahabat dengan Alquran maka ia akan dekat dengan pertolongan Allah SWT.
Yang kedua, kata Amien, Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia harus menghentikan memberikan berbagai macam sumber daya kepada asing. "Kita tidak boleh lagi membiarkan asing menggotong sumber daya kita secara semena-mena sehingga kebutuhan rakyat kita sendiri terlupakan," ujar pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut.
Selain dihadiri Amien Rais, kuliah umum kemarin juga dihadiri pakar studi Islam dari Suez Canal University Mesir, Mohamed Dawood. Kuliah umum tersebut menyimpulkan bahwa sifat optimistis dan tak berputus asa dalam mencari jawaban dari setiap persoalan adalah kunci untuk keluar dari lubang dimana Islam saat ini jatuh.
Ketua Yayasan Budi Mulia Dua (BMD), Ridho Rahmadi, mengungkapkan Kuliah Umum Perkembangan Peradaban dan Kebudayaan Timur Tengah tersebut merupakan ajang mempromosikan Qur'an Learning Center (QLC), sebuah asrama Islam (Islamic boarding school) yang berada di bawah naungan BMD. Acara kemarin terselenggara berkat kerja sama dengan Program Magister dan Doktoral Minat Kajian Timur Tengah Fakultas Ilmu Budaya UGM.
Baru berdiri tiga tahun lalu, saat ini QLC telah memiliki sebanyak 20 siswa yang diprediksi akan terus bertambah pada tahun-tahun mendatang. "Visi kami adalah menyiapkan generasi qurani yang memiliki karakter yang kuat, tidak hanya secara ilmu pengetahuan saja namun juga secara keagamaan (Islam)," kata Ridho.