REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Total ada 80 ribu karung beras, setiap masing-masing karung beras punya dimensi berat sekitar 25 kilogram. Artinya jika ditotal keseluruhan, berarti ada dua juta kilogram beras yang berhasil terkumpul. Jumlah sebanyak itu setara dengan berat bersih 2.000 ton beras untuk para pengungsi Rohingya.
Hanya butuh waktu dua pekan, empati tentang kisah dari orang-orang Rohingya diunggah, serentak menyebar luas, kemudian bermuara pada kepedulian untuk membantu sesama. Untuk pertama kalinya dalam sejarah kemanusiaan bangsa ini, paket bantuan dalam jumlah terbesar bakal segera dikirimkan untuk puluhan ribu keluarga-keluarga Rohingya yang kini terkucil, terusir, dan dirundung ketakutan.
Mensos bersama Presiden ACT meninjau 2.000 ton bantuan beras untuk Rohingya.
Atas nama Bangsa Indonesia, bantuan kemanusiaan masif sebesar 2.000 ton beras dilayarkan langsung dari Terminal Petikemas Surabaya, Kamis (21/9). Seremoni pelepasan Kapal Kemanusiaan untuk Rohingya dihadiri oleh Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dan Presiden Aksi Cepat Tanggap Ahyudin.
Pelepasan Kapal Kemanusiaan untuk Rohingya ditandai dengan penekanan tombol sirine sebagai simbolis kapal berlayar. Kapal Kemanusiaan untuk Rohingya siap lepas jangkar menuju Pelabuhan Chittagong, Bangladesh, membawa empati Bangsa Indonesia dalam rupa 2.000 ton beras.
Dalam pidato pembukanya, Khofifah mengungkapkan, ikhtiar kemanusiaan tersebut berhasil mendapat dukungan dari seluruh elemen masyarakat Indonesia. “Kami, Kementerian Sosial, merasa public-private partnership di negeri ini terbangun. Ada bantuan kemanusiaan yang secara resmi dilepas oleh Presiden Joko Widodo. Ada juga bantuan kemanusiaan yang digalang oleh masyarakat Indonesia. ACT menjadi lembaga kemanusiaan sekaligus kanal bagi banyak masyarakat Indonesia yang saat ini ingin menyalurkan kepeduliannya untuk saudara-saudara Rohingya,” ujar Khofifah.
Ia juga menambahkan, apa yang sebetulnya menjadi ikhtiar ACT saat ini seperti yang diungkapkan hadits, “Siapa yang melayani manusia, maka Allah akan melayani kita”.
“Terima kasih ACT sudah menginisiasi ini, menggerakkan seluruh energi umat untuk bisa membantu krisis kemanusiaan yang tengah mendera saudara Rohingya kita,” ujar Khofifah.
Beras yang dimuat dalam 80 kontainer tentu menjadi catatan bantuan kemanusiaan terbesar, yang pernah dikirimkan Bangsa Indonesia untuk Rohingya. Atas dasar inilah, Khofifah memberikan apresiasi pada seluruh masyarakat Indonesia.
“Hati kita sudah terpanggil, pikiran kita terpanggil, dan langkah kita juga terpanggil, menjadi bagian yang menyelesaikan masalah. Sangat patut kita apresiasi, kita hargai dan kita berikan dukungan penuh. Semoga krisis kemanusiaan di Rohingya segera teratasi,” kata Khofifah dalam pertemuannya dengan Presiden ACT Ahyudin, pekan kedua September kemarin.
Khofifah menitipkan amanahnya, bahwa seluruh bantuan dari Bangsa Indonesia bisa tiba secepatnya dan benar-benar diterima oleh masyarakat Rohingya. Ketika krisis kemanusiaan di Rohingya sudah berjalan belasan tahun. ACT sudah melakukan layanan sekitar enam tahun terakhir di sepanjang perbatasan Myanmar dan Bangladesh. Khofifah berharap bantuan beras ribuan ton dari Indonesia ini bisa lekas sampai di kamp pengungsian Rohingya di Bangladesh.
Selain itu, Khofifah juga mengingatkan tentang ikhtiar panjang yang masih harus dilakukan Bangsa Indonesia untuk membantu Rohingya. Yakni menolak semua cara kekerasan, melindungi setiap jiwa warga Rohingya, dan menjaga keselamatan seluruh hak hidup masyarakat. “Bangsa Indonesia bisa bergerak untuk mengajak pemerintah Myanmar membuka isolasi, supaya bantuan kemanusiaan ini bisa dimaksimalkan untuk memberikan layanan yang lebih masif lagi untuk masyarakat Rohingya,” ujarnya.
Konvoi 2.000 ton beras dari Cepu sampai Bojonegoro sebelumnya, dilepas secara simbolis oleh Ahyudin selaku Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT) dari Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora. Iring-iringan kontainer disambut meriah oleh ribuan warga Cepu. “Bahwa dari Bumi Blora, mewakili Indonesia yang besar, kita kirimkan 2.000 ton beras memberi perhatian besar untuk Rohingya yang sedang mengalami penderitaan besar,” ujar Ahyudin selagi melepas konvoi kontainer menuju Tanjung Perak, Surabaya.
Ahyudin menjelaskan, meskipun beras-beras 2.000 ton ini dikirimkan dari Cepu, Kabupaten Blora, tapi sesungguhnya ada keterlibatan puluhan ribu masyarakat Indonesia di dalamnya. Dari ujung barat sampai ujung timur Indonesia menurutnya, tak terhitung lagi berapa banyak empati yang digaungkan untuk membantu Rohingya. ACT membawa amanah besar itu dalam bentuk bantuan beras, bantuan pangan yang paling dibutuhkan.
Hari ini di Bangladesh dekat dengan perbatasan Myanmar, pengungsi Rohingya masih terus berdatangan setiap hari. Rahadiansyah anggota Tim Kemanusiaan ACT untuk Rohingya yang tiba di Bangladesh sejak Jumat (1/9), mengungkapkan, kondisi mereka begitu memprihatinkan. Banyak dari mereka yang terlihat ketakutan dan lunglai, tak terkecuali anak-anak.
Saat ini, Rahadiansyah mengungkapkan setidaknya ada empat kebutuhan utama yang sangat dibutuhkan, yakni berupa pangan, nutrisi dan suplemen, shelter, dan pakaian layak pakai. “Di atas itu semua, panganan siap saji paling dibutuhkan saat ini,” ujar pria yang akrab disapa Anca itu.
Selain menggandeng mitra PT Terminal Petikemas Surabaya sebagai pintu keberangkatan Kapal Kemanusiaan, untuk urusan pengiriman melalui kapal laut ACT juga mengajak PT Samudera Indonesia sebagai mitra. Ini untuk melayarkan Kapal Kemanusiaan menuju ke Bangladesh. PT Samudera Indonesia merupakan perusahaan publik yang sudah berpengalaman puluhan tahun di bidang pelayaran, transportasi dan logistik.