REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran telah menghentikan penerbangan ke bandara di Kurdistan Irak atas permintaan pemerintah pusat di Baghdad sehari sebelum referendum kemerdekaan Kurdi.
Seperti dilansir dari Aljazirah, Ahad (24/5), juru bicara badan keamanan utama Iran Kayvan Khosravi mengatakan Iran juga menutup wilayah udaranya untuk penerbangan yang berasal dari Kurdistan Irak.
Pengumuman tersebut diumumkan saat Iran juga memulai latihan militer di perbatasan Kurdi. Embargo udara adalah tindakan pembalasan konkret untuk melawan referendum Kurdi yang ditolak oleh pemerintah di Baghdad dan negara tetangga Irak seperti, Iran dan Turki serta kekuatan barat, termasuk Amerika Serikat. Keputusan Iran ini akan mempengaruhi dua bandara di daerah Kurdi yakni di Erbil dan Sulaymaniyah.
Dilaporkan dari Erbil ,orang-orang Kurdi mengaku kecewa dengan reaksi masyarakat internasional yang menentang pemungutan suara. Meski ada blokade udara, perbatasan darat antara Iran dan wilayah Kurdi Irak tetap terbuka.
Wilayah Kurdi adalah salah satu mitra dagang terbesar Iran dengan sekitar 4 miliar dolar AS dalam perdagangan setiap tahunnya. Teheran dan Ankara khawatir adanya penyebaran separatisme di dalam wilayah Kurdi sendiri.
Pada Sabtu, parlemen Turki menyetujui perpanjangan mandat yang mengizinkan penyebaran pasukan di Irak dan Suriah. Presiden KRG Massoud Barzani mengatakan tidak ada yang dapat menghentikan referendum meskipun ada oposisi internasional.