REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Gubernur NTB Tuan Guru Haji (TGH) Muhammad Zainul Majdi bertausiyah dalam Tablig Akbar bertajuk "KMI Berbakti Untuk Negeri" di hadapan 3.500 Komunitas Muslim Indonesia (KMI) di Universitas Gimpo, Korea Selatan pada Selasa (3/10) waktu setempat.
TGB juga menceritakan tentang kehidupan masyarakat Madinah atau dulu masih bernama Yastrib, di mana sebelum datang Rasulullah, tidak ada yang tahu Yastrib itu bahkan daerah itu bukan merupakan daerah yang ingin didatangi oleh siapapun. Begitu datang Rasulullah yang berhijrah ke Madinah, kemudian terbentuklah beragam suku di daerah tersebut. Orang-orang Muhajrin, Anshor dan suku yang lain berasal dari Persia, Roma dan negara-negara lainnya berkumpul dan hidup menyatu dalam keberagaman.
"Jadi keberagaman itu modal untuk membangun, tetapi keberagaman itu tidak boleh lepas. Kita jaga karena itu warisan ulama, jauh sebelum Indonesia merdeka," ucap TGB.
Selain bersyukur, TGB mengajak jamaah yang hadir untuk merenung akan kondisi bangsa, di mana merupakan negara yang memiliki masyarakat Muslim terbesar di dunia, yakni sekitar 210 juta jiwa. Bahkan, jumlahnya lebih besar dibanding warga muslim di negara-negara Arab jika disatukan.
"Apakah ini kebetulan? Tidak. Tidak ada yang kebetulan dalam skenarion Allah. Tidak ada yang kebetulan dalam penciptaan Allah SWT," tegas TGB.
Alumni Universitas Kairo, Mesir itu melanjutkan, dalam penciptaan tersebut, Allah memiliki tujuan agar umat Islam di Indonesia ini menjadi contoh terbaik bagi seluruh umat di dunia. Maka, untuk menjaga dan menjadikan umat Islam terus tumbuh dan berkembang, TGB mengajak seluruh anak bangsa untuk menjaga perdamaian. Hanya dengan perdamaianlah Islam akan semakin dicintai dan dibanggakan.
TGB menutup tasyiah tersebut dengan kunci keberkahan dalam mencari rezeki yang ada di dunia ini. Di antaranya bahwa rezeki itu dikatakan berkah apabila yang diterima berasal dari yang baik. Rezeki itu dikatakan berkah apabila merasa gampang bila dibelanjakan pada kebaikan, namun berat untuk dibelanjakan kepada kemaksiatan.
"Kunci keberkahan kedua adalah Juhud, yakni digambarkan dengan kalau mendapat nikmat tidak berlebihan dalam kebahagiaan dan tidak larut dalam kesedihan," kata TGB menambahkan.