Jumat 12 Jul 2024 20:28 WIB

Kemenlu Bagikan Pengalaman Indonesia Bangun Kolaborasi Multiagama

Indonesia dengan keberagaman agama dan budaya menjadi contoh nyata sebuah bangsa

Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya yang diadakan Kementerian Luar Negeri dan Institut Leimena,  Kamis (11/7/2024) malam.
Foto: Istimewa
Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya yang diadakan Kementerian Luar Negeri dan Institut Leimena, Kamis (11/7/2024) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Indonesia telah menjadi contoh dunia dalam membangun perdamaian dan harmoni di tengah bangsa yang sangat majemuk. Upaya itu tidak bisa dianggap remeh, namun harus senantiasa dipelihara dengan terus memperkuat pemahaman tentang literasi keagamaan lintas budaya dan kolaborasi multiagama di dalam masyarakat.

Hal itu disampaikan oleh Staf Khusus Menteri Luar Negeri untuk Penguatan Program-program Prioritas, Duta Besar Dian Triansyah Djani, dalam sesi penutupan Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) yang diadakan oleh Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dan Institut Leimena, Kamis (11/7/2024) malam.

Baca Juga

Dian membagikan pengalaman Indonesia dalam membangun kolaborasi multiagama di depan sekitar 160 peserta konferensi yang berasal dari dalam dan luar negeri terdiri dari pejabat lembaga pemerintahan negara lain, pemimpin organisasi internasional, pemuka agama, dan guru.

“Indonesia dengan keberagaman agama dan budaya menjadi contoh nyata bangsa dimana komunitas agama dan etnik bisa hidup saling berdampingan dalam perdamaian dan harmoni. Hal itu tidak bisa dianggap remeh, persatuan nasional dan kohesi sosial kita harus selalu dijaga lewat pembinaan literasi keagamaan lintas budaya dan kolaborasi multiagama di dalam masyarakat,” kata Dian.

Dian mengingatkan situasi dunia saat ini diwarnai konflik bersenjata, politik yang terpolarisasi, dan krisis multifaset telah menjadi ancaman bagi kemanusiaan. Krisis-krisis tersebut seringkali diperburuk oleh penyalahgunaan teknologi digital yang baru, kecerdasan intelijen yang bias dan negatif, stigmatisasi, dan perpecahan yang semakin dalam di masyarakat.

“Mempromosikan literasi keagamaan lintas budaya dan kolaborasi multiagama sangat penting untuk menciptakan dan membina masyarakat yang toleran dan damai, dimana nilai-nilai kasih sayang, empati, dan saling menghargai, dibagikan dan memandu kehidupan anggotanya,” katanya.

Dian menegaskan upaya mempromosikan toleransi keagamaan menjadi salah satu prioritas utama Indonesia selama keanggotaan di Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-bangsa.

Indonesia sebagai bagian dari Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) adalah pengusul dua resolusi penting yaitu Resolusi 16/18 tentang pemberantasan intoleransi beragama dan kekerasan dan Resolusi 53/1 tentang pemberantasan kebencian agama. Kedua dokumen politik itu menekankan perlindungan kebebasan beragama dan kepercayaan sebagai hak asasi manusia (HAM) fundamental.

Lebih penting lagi, Resolusi 16/18 mempromosikan pendidikan dan dialog diantara individu yang berbeda agama dan keyakinan. Selain itu, komitmen kuat Indonesia dalam kolaborasi multiagama juga dilakukan lewat pelaksanaan Jakarta Plurilateral Dialogue tahun 2023 untuk mengarusutamakan Resolusi 16/18.

“Itu artinya, Indonesia tidak hanya sekadar mempromosikan tapi mempraktikkan kolaborasi multiagama dalam diplomasi kita. Lewat kolaborasi ini, kami mengirimkan pesan penting ke dunia tentang kontribusi berharga dari kerja sama lintas agama dalam mewujudkan HAM, perdamaian, dan pembangunan,” lanjut Dian.

Konferensi Internasional LKLB berlangsung dua hari pada 10-11 Juli 2024 dibuka oleh Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, serta dihadiri 22 perwakilan negara asing termasuk enam duta besar, yaitu Duta Besar Austria untuk Indonesia Thomas Loidl, Dubes Jordania untuk Indonesia dan ASEAN Sudqi Atallah Abd Alkader Al Omoush, Dubes Romania Dan Adrian Balanescu, Dubes Spanyol Francisco Aguilera Aranda, Dubes Uni Emirat Arab Abdulla Salem Al Dhaheri, dan Dubes Takhta Suci Vatikan untuk Republik Indonesia Mgr Piero Pioppo.

Konferensi diisi oleh sejumlah narasumber luar negeri yang signifikan dalam pengembangan kerja sama lintas agama antara lain Founding Director International Center for Law and Religion Studies Brigham Young University Law School, Dr. Cole Durham, Head of Task Force “Dialogue of Cultures” Intercultural and Interreligious Dialogue Federal Ministry of European and International Affairs of the Republic of Austria, Alexander Rieger, Executive Director World Faiths Development Dialogue, Dr. Katherine Marshall, Director Royal Institute for Inter-Faith Studies Jordan, Dr. Renee Hattar, dan Secretary General Higher Committee of Human Fraternity United Arab Emirates, Khalid Al Ghaith.

Sementara itu, narasumber dari dalam negeri antara lain Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI, Siti Nugraha Mauludiah, Mantan Menteri Luar Negeri dan Utusan Khusus Presiden untuk Timur Tengah dan Organisasi Kerja Sama Islam, Dr. Alwi Shihab, Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Prof. Amin Abdullah, Direktur Jenderal HAM Kementerian Hukum dan HAM, Dr. Dhahana Putra, dan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden RI, Prof. Siti Ruhaini Dzuhayatin.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement