REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pertarungan di Pilkada Jawa Barat diprediksi akan berlangsung dengan ketat. Hal ini tercermin dari tingkat elektabilitas sejumlah nama yang diprediksi akan bertarung di pilkada tersebut.
Dalam survei yang dilakukan Citra Komunikasi Lingkaran Survei Indonesia (LSI Network Denny JA), nama seperti Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi dan anggota DPR RI dari Demokrat Dede Yusuf, belum ada yang memiliki elektabilitas menonjol.
"Seluruh figur yang potensial maju sebagai kandidat belum ada yang menjadi matahari tunggal,” kata Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Toto Izul Fatah, dalam siaran pers, Sabtu (7/10).
Dijelaskannya, elektabilitas Ridwal Kamil (RK) yang sudah resmi diusung Nasdem, belum cukup perkasa karena masih dibawah 40 persen. "Ada Dede Yusuf (DY) yang mulai meroket dan Dedi Mulyadi (DM) yang trendnya terus naik. Sementara, Deddy Mizwar (Demiz) yang elektabilitasnya di atas DM masih stagnan,” ungkapnya.
Dalam survei ini, LSI menggunakan 440 orang responden yang tersebar di seluruh Jawa Barat. Pengambilan data dilakukan pada 22-29 September 2017, dengan margin of error sebesar 4.8 persen.
Dalam survei dengan simulasi 21 calon, RK elektabilitasnya 26,7 persen, disusul Dede Yusuf (20,1 persen), Deddy Mizwar (19,2 persen), AA Gym (10,0 persen), Dedi Mulyadi (9,7 persen) dan Uu Ruzhanul Ulum -Bupati Tasikmalaya- (5,1 persen). Nama lain, termasuk Rieke Diah Pitaloka (anggota DPR RI PDIP) hanya 4,1 persen.
Dalam simulasi 8 calon, RK (29,6 persen), DY ( 24.0 persen), Demiz (19,0 persen), DM (11,1 persen), UU (7,1persen) dan Rieke (5,2 persen). Yang lainnya dibawah 1 persen. Untuk simulasi 5 calon, RK (32 persen), DY (24,8 persen), Demiz (19,5 persen), DM (12,9%) dan UU (7,8 persen). Sementara untuk simulasi 4 calon, RK (34.2 persen), DY (28,3 persen), Demiz ( 21,6 persen), DM (13,7 persen).
Totot menambahkan, dalam distribusi dukungan di aneka segmen demografis pun, mulai dari suku, agama, pemilih partai, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, usia, dan jenis kelamin, seluruh calon yang akan bertarung belum ada yang kokoh merata di semua segmen. "Dari pengalaman LSI melakukan survei, dukungan yang merata di semua segmen itu biasanya sering menjadi indikator kuatnya calon tersebut,” papar Toto.
Indikator lain yang biasa dilihat untuk melihat seberapa potensial seorang calon untuk menang, menurut Toto, adalah pada tingginya strong supporter (pemilih militan). Yang terjadi dalam survei Pilkada Jabar hingga saat ini, pemilih militan seluruh calon masih berada dibawah 20 persen.
Sementara, di luar pemilih militan, masih ada sekitar 52 persen pemilih yang masih ragu, rahasia, atau sudah punya pilihan tapi masih sangat mungkin berubah. "Jumlah sebesar 52 persen itu biasa kita sebut dengan “lahan tak bertuan” yang masih bisa diperebutkan oleh siapa saja. Tentu, siapa yang bisa mengambil suara terbanyak dari 52 persen itu, dialah yang akan menang,” ungkapnya.