REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kita kerap mendengar sami'na wa atha'na terucap sesaat sebelum shalat. Saat sang imam memerintahkan kita, jamaahnya, untuk meluruskan shaf. Kami mendengar perintahmu wahai imam, dan kami menaatinya, sesegera mungkin.
Kalimat itu sejatinya tak boleh berhenti dalam ritual shalat saja. Kami dengar dan kami taat adalah prinsip paling kuat dalam kepemimpinan Islam. Bagaimana rahasia pasukan Muslimin yang berasal dari tanah gersang itu bisa memengaruhi dunia? Salah satu prinsip kuat yang diajarkan adalah loyalitas penuh kepada pemimpin. Dengan catatan selama tak mengarahkan pada kemungkaran.
Prinsip ini yang membawa Islam menjadi jaya. Jika kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, prinsip ini akan membawa kepada kemuliaan hidup. Seorang istri yang memiliki kewajiban taat pada suami, dengan prinsip ini akan membawa ketenangan keluarga. Bisa jadi bibit-bibit konflik akan layu sebelum meletup. Karena ada prinsip asasi yang mengalahkan ego diri. Istri mendengar dan ia taat.
Seorang pekerja akan memiliki produktivitas nan tinggi. Karena ia siap mengerjakan apa saja perintah atasan demi selesainya sebuah pekerjaan. Hasilnya bisa jadi jenjang karirnya akan melesat dengan cepat. Karena ia mendengar dan ia taat.
Seorang murid akan mencapai keberkahan ilmu. Penguasaannya terhadap pengetahuan bisa jadi lebih cepat dari murid lain yang sebaya. Karena ia siap mendengar setiap nasihat guru dan mengerjakannya.
Sebuah negara akan stabil jika rakyatnya menerapkan prinsip yang asasi ini. Pemimpin akan ditaati selama ia mengeluarkan kebijakan yang tidak zalim. Keterikatan antara pemerintah dan yang diperintah akan teramat kuat. Inilah kunci, bagaimana Rasulullah SAW dan para sahabat bisa melewati masa-masa sulit saat dakwah awal merekah di Makkah.
Kekuatan prinsip sami'na wa atha'na pasti menemui batu ujiannya. Apakah kesetiaan kita pada prinsip ini benar-benar purna atau masing setengah matang. Ujian itu pula yang berhasil dilewati Hudzaifah. Setelah berhasil masuk ke dalam pasukan Quraisy, Hudzaifah mendapat informasi berharga.
Namun tak hanya itu. Ia mendapat kesempatan untuk membunuh pemimpin kaum Quraisy, Abu Sufyan karena dekat jaraknya. Namun Hudzaifah memegang erat perintah Rasulullah SAW, "Jangan engkau melakukan tindakan apapun".
Ia lewatkan kesempatan emas untuk membunuh pemimpin musuh. Ia memilih kembali kepada Rasulullah dengan sebuah berita penting. Hudzaifah berhasil melewati ujian ketaatan meski hatinya bergolak. Dan kita paham, seorang Abu Sufyan kelak sebakda Fathu Makkah menjadi pemuka kaum Muslimin yang memiliki jasa besar dalam dakwah ini.
Disarikan dari Pusat Data Repblika