Selasa 10 Oct 2017 15:31 WIB

Stok Beras di Cipinang Melimpah

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Gita Amanda
Beras, ilustrasi
Beras, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memastikan keberlimpahan produksi beras. Hal ini dibuktikan dengan stok beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) mencapai dua kali lipat.

Saat ini stok di PIBC mencapai 53 ribu ton sementara pada 2013-2014 stok beras di PIBC hanya sekitar 20 hingga 25 ribu ton. "Naik 100 persen," katanya dalam Operasi Pasar di PIBC, Selasa (10/10).

Pihaknya terus mendorong Tiada Hari Tanpa Tanam untuk mendorong produksi padi di Tanah Air. Memasuki musim hujan Oktober ini, kata dia, akan berdampak pada panen di bulan Januari. Sementara panen raya akan terjadi pada Februari-Maret.

Namun tingginya produksi tersebut tidak sejalan dengan pasokan beras medium yang saat ini justru berkurang. Amran pernah mengatakan, berkurangnya beras medium karena panen masa kemarau merupakan gabah kualitas baik yang menghasilkan beras premium.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menggelar operasi pasar. Operasi pasar beras yang dilakukan di PIBC ini untuk memenuhi kebutuhan beras medium yang sebenarnya ada.

"Dengan digelontorkannya ini (operasi pasar) maka beras medium akan keluar dari lubang-lubang jarum karena kalau disimpan akan busuk," ujarnya.

Operasi pasar dilakukan di PIBC Jakarta, mengingat Jakarta merupakan ukuran nasional dan Cipinang menjadi barometer. Hari ini sebanyak 130 ton dikeluarkan dari 25 ribu ton yang diminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Namun, kata dia, tidak menutup kemungkinan terjadi penambahan jika diperlukan.

"Mau sampai kapan kami gelontorkan. Berapapun kami gelontorkan untuk rakyat," ujar dia.

Bukan hanya menggelar operasi pasar, pihaknya bersama Satuan Tugas (Satgas) kota Jakarta akan turun untuk memantau keberadaan beras jika ada kekurangan. Bahkan timnya akan melakukan pengecekan gudang. Tanpa ketegasan yang dilakukan Satgas, ia melanjutkan, stabilitas harga tidak akan tercapai.

Sementara itu, pemerintah menerapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk menjaga daya beli masyarakat. Sedangkan, jika komoditas strategis ini tidak ditetapkan HET-nya maka bulan lalu dan bulan ini diakui Enggar beras sudah dijadikan spekulasi.

"Inflasi meningkat dan daya beli menurun. Sekarang harga bahan pokok semua terkendali," kata Menteri asal Cirebon ini.

Dengan begitu, masyarakat bisa menghitung berapa biaya bulanan untuk membeli kebutuhan bahan pokok.

"Kita belum ada Undang-Undang pengendalian harga seperti Malaysia dan Filipina. Tapi kita bisa mengendalikannya," tambah dia.

HET untuk beras medium ditentukan sebesar Rp 8.100 per kilogram sedangkan Rp 12.500 per kilogram untuk beras premium. HET ini tidak ditentukan berdasarkan kesewenangan, melainkan melalui tahap diskusi yang berakhir dengan kesepakatan.

"Pedagang itu ingin untung besar tapi kalau disentuh nasionalismenya, mereka rela mengurangi keuntungannya demi merah putih," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement