REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam pertemuan antara PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi Liga 1 2017, dengan 18 klub peserta serta PSSI membicarakan sejumlah persoalan.
Di antaranya mengenai keluhan 15 klub tergabung dalam Forum Komunikasi Sepak bola Profesional Indonesia (FKSPI) soal gaji pemain tim nasional Indonesia dan subsidi.
Ke-15 klub tersebut menuntut kejelasan pembayaran gaji pemain klub yang membela timnas Indonesia. Menurut mereka gaji pemain yang membela Tim Merah Putih merupakan tanggung jawab federasi.
Namun anggapan itu dibantah oleh Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi. Menurut Edy, awalnya memang pemain timnas Indonesia bakal diambil full oleh PSSI.
Bahkan direncanakan timnas Indonesia akan ada latihan di dalam maupun luar negeri. Jika rencana itu direalisasikan maka pemain tidak akan sempat untuk membela klubnya masing-masing, dan pastinya mereka digaji oleh PSSI.
"Namun rencana tersebut tidak terealisasi. Kemudian pada akhirnya main (di timnas) terus kembali ke klub. Main (di timnas) lalu kembali ke klub. Ya tetep klub yang harus menanggung gaji pemain timnas Indonesia," jelas Edy, saat ditemui di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (10/10) malam WIB.
Selain itu, Edy juga menyatakan, uang untuk membayar gaji pemain adalah dari subsidi yang diberikan oleh PSSI yaitu Rp 7,5 milar. Uang sebanyak itu adalah subsidi yang disepakati dari awal.
Edy juga mengklaim soal pendanaan sebesar Rp 7.5 milyar sudah beres. Pembayaran itu, sambung Edy, dilakukan secara bertahap Rp 1 miliar di awal permainan, Rp 514 juta per bulan, dan Rp 1 miliar akan diberikan di akhir kompetisi. "Pasti dibayarlah. Uang Rp 7,5 miliar itu sudah mencangkup gaji pemain," tutup Edy.