REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pejabat senior AS mengklaim kelompok Hizbullah yang didukung Iran berencana untuk melakukan serangan terhadap tanah air AS.
"Sementara saya tidak berada di sini hari ini untuk berbicara secara terbuka mengenai ancaman spesifik, atau kredibel, atau ancaman segera ke tanah air. Kami di komunitas intelijen sebenarnya melihat aktivitas lanjutan atas nama Hizbullah di sini di dalam tanah air, " ujar Direktur Pusat Penanggulangan Terorisme Nasional Nicholas Rasmussen kepada wartawan seperti dilansir CNN.com, Rabu (11/10).
Berdasarkan penilaian AS, Hizbullah bertekad untuk memberikan opsi tanah air AS sebagai negara yang potensial untuk diserang. Hal ini berkaitan dengan penangkapan baru-baru ini yang diduga dilakukan oleh kelompok Hizbullah di New York dan Michigan.
Ali Kourani dan Samer el Debek ditangkap pada bulan Juni, dan bertugas memberikan dukungan material kepada Organisasi Jihad Islam Hizbullah. El Debek dilatih untuk membuat ranjau darat dan bahan peledak lainnya. Hizbullah belum berkomentar mengenai penangkapan tersebut.
Langkah untuk menindak sayap bersenjata Hizbullah adalah bagian dari usaha yang lebih luas oleh pemerintah Trump untuk melawan Iran dan kuasanya, termasuk kelompok militan Syiah.
Pejabat AS mengatakan, pemerintah juga akan meningkatkan usaha berbagi intelijen dan penegakan hukumnya dan meminta sekutu untuk menyerang kelompok tersebut. "Ini telah menjadi ancaman global saat ini karena satu alasan: bantuan mendalam dan taat di Teheran. Rezim Iran telah membangun dan mendanai Hizbullah untuk menimbulkan ketidakstabilan di seluruh wilayah dan di seluruh dunia," tambah Koordinator Koalisi Kontra Terorisme Nathan Sales, dari organisasi tersebut.
AS menunjuk Hizbullah sebagai kelompok teroris asing pada 20 tahun lalu. Organisasi tersebut telah dituduh membom kedutaan besar AS dan barak Marinir di Beirut pada tahun 1983 dan pemboman sebuah pusat kebudayaan Yahudi di tahun 1994. Pada tahun 2012, Israel menuduh kelompok tersebut membom sebuah bus turis Israel di Bulgaria.
Administrasi Trump telah meningkatkan bantuan kepada angkatan bersenjata Lebanon untuk membantu mereka melawan ISIS dan kelompok teror lainnya, serta memperkuat tangannya melawan sayap bersenjata Hizbullah.
Namun, Presiden Donald Trump tampaknya salah memahami peran yang dimainkan oleh Hizbullah dalam politik kompleks Lebanon.
Setelah pertemuan dengan Perdana Menteri Libanon Saad Hariri pada bulan Juli, Trump mengatakan bahwa organisasi tersebut adalah musuh pemerintah. Sementara Hizbullah tidak pernah secara langsung menyerang tanah air AS atau menyatakan keinginan untuk melakukannya secara terbuka.