REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Mata uang dolar AS akhirnya menguat setelah terus mengalami pelemahan dalam beberapa pekan terakhir. Indeks dolar yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap enam mata uang utama mengalami peningkatan 0,06 persen ke 93.074 poin.
"Langkah dalam indeks dolar pekan ini merupakan koreksi terhadap pergerakan besar yang terjadi pada September," kata Kepala Strategi Mata Uang Global Brown Brothers Harriman Marc Chandler seperti dikutip dari Reuters, Kamis (12/10).
Indeks mencatat kenaikan dolar AS ke level tertinggi dalam 10 pekan terakhir. Hal itu terjadi setelah pengumuman data gaji AS untuk September yang menunjukkan tanda kemungkinan penurunan inflasi.
Pengusaha sekarang akan fokus pada data harga konsumen AS yang akan diumumkan pada hari ini. Risalah dari pertemuan terakhir the Fed menunjukkan banyak pembuat kebijakan masih akan menaikkan tingkat suku bunga. Sebelumnya, the Fed telah menaikkan suku bunga dua kali tahun ini.
Pasar keuangan memperkirakan sekitar 88 persen kemungkinan kenaikan suku bunga terjadi pada Desember nanti. Pada Kamis (12/10), dolar mendapat dukungan setelah Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan indeks harga produsen untuk permintaan akhir meningkat 0,4 persen bulan lalu setelah naik 0,2 persen pada Agustus.
Secara terpisah, data menunjukkan aplikasi untuk tunjangan pengangguran turun ke level terendah dalam kurun waktu satu bulan pada pekan lalu. Ini karena dampak dari Badai Harvey dan Irma di Texas dan Florida.