REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bireuen, Athailah Lathief mengatakan, sudah sejak lama masyarakat Muhammadiyah Samalanga ingin memiliki masjid sendiri. Oleh karena itu, pihaknya pun berupaya sedemikian rupa agar masjid tersebut dapat dibangun.
Salah satunya, menurut Athailah, akan banyak kegiatan organisasinya yang akan menggunakan masjid tersebut. Di antaranya kegiatan dakwah, mengajar, dan kegiatan sosial lainnya yang tidak mungkin dilakukan di masjid lain.
"Kami sampaikan itu. Kami punya kegiatan dakwah, punya kegiatan sosial, maka kami pusatkan di masjid Muhammadiyah, kan tidak mungkin dipindahkan ke masjid lain," ujar Athailah kepada Republika.co.id, di Jakarta, Kamis (19/10).
Hal ini, kata dia, khawatir jika kegiatan-kegiatan organisasinya apabila dilakukan di masjid umum justru akan menimbulkan ketidakharmonisan di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, pihaknya memilih untuk membangun masjid sendiri dengan demikian bisa sama-sama menghormati kegiatan kelompok masing-masing tanpa ada yang merasa terganggu.
"Jadi, memang bukan semata-mata untuk shalat jamaah dan Jumat saja, tapi menjadi pusat kegiatan Muhammadiyah di Samalanga. Karena tidak mungkin melakukan kegiatan organisasi di masjid umum nanti justru merusak keharmonisan," ucapnya.
Hal tersebut, dia ungkapkan, karena kelompok masyarakat tersebut menyangka jika pendirian masjid Muhammadiyah hanya untuk melakukan shalat jamaah dan shalat Jumat saja. Sehingga, Athailah mengaku, harus menjelaskan kebutuhan organisasinya akan dibangunnya masjid.
"Tadi dibilangnya kalau untuk shalat Jumat masih ada masjid luas, kalau mau yang sepaham dengan Muhammadiyah ada masjid di kampung lain yang sama, silakan ke sana jadi tidak perlu bangun masjid lagi," ujarnya menirukan alasan mereka melarang pembangunan Masjid Muhammadiyah.