REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Parlemen Swiss menolak mosi yang menuntut seluruh siswa di negara tersebut wajib berjabat tangan, apapun agama yang dianut para siswa. Putusan tersebut segera direspons komunitas Muslim.
Dewan Islam Swiss menilai, upaya mewajibkan jabat tangan siswa dan guru memperlihatkan pihak berwenang di Swiss telah melampaui kompetensi mereka. Sebelumnya, di kota Therwill, Kanton Basel, dua pelajar Muslim tidak diwajibkan menjabat tangan guru mereka. Masalah ini kemudian diselidiki oleh pihak berwenang.
Badan kanton untuk pendidikan, budaya dan olahraga di Basel memutuskan bahwa sekolah-sekolah di wilayah tersebut dapat mewajibkan siswa untuk menjabat tangan guru, walaupun menjamin kebebasan beragama. Penyelidikan berlanjut pada sebuah proposal yang diajukan Sandra Sollberger dari Partai Rakyat Swiss yang konservatif.
Sollberger menggambarkan penolakan siswa sebagai kurangnya respek terhadap wanita, dan sebagai bukti bahwa mereka tidak memiliki keinginan untuk mengintegrasikan kebiasaan budaya Swiss.
Menteri Kehakiman Swiss Simonetta Sommaruga, yang mengecam penolakan siswa tahun lalu, hari ini menentang gagasan untuk menerapkan undang-undang nasional, yang menurutnya akan bertentangan dengan kompetensi kanton untuk mengelola pendidikan.
Jika diterima oleh Rumah Parlemen, mosi tersebut akan mewajibkan kabinet untuk mulai membuat rancangan undang-undang yang akan memberlakukan, di tingkat nasional, kewajiban jabat tangan semacam itu - praktik umum di beberapa sekolah di Swiss.