REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sebuah laporan jajak pendapat nasional mengungkap, tiga perempat dari warga Australia menganggap negara ini padat penduduk, hampir setengahnya bahkan mendukung larangan imigrasi terhadap Muslim.
Menurut sebuah jajak pendapat nasional yang dirilis pada Kamis (26/10), hampir separuh warga Australia mendukung larangan imigrasi sebagian terhadap Muslim, sementara tiga perempat warga percaya Australia tidak membutuhkan lebih banyak orang.
Institut Penelitian Populasi Australia mensurvei lebih dari 2.000 pemilih di seluruh wilayah negeri itu.
Laporan tersebut menemukan 54 persen peserta jajak pendapat menganggap imigrasi harus dikurangi 'sedikit atau banyak', dengan mayoritas (60 sampai 70 persen) warga percaya bahwa pertumbuhan penduduk menempatkan 'banyak tekanan' pada rumah sakit, jalanan, perumahan yang terjangkau dan lapangan pekerjaan.
Dalam analisa mereka, penulis laporan tersebut, yakni Katharine Betts dan Bob Birrell mengatakan hasil jajak pendapat itu dipicu oleh dampak pertumbuhan penduduk terhadap kualitas hidup masyarakat dan perubahan yang cepat dalam susunan etnis dan agama di Australia. Para pendatang dari Asia mendominasi migrasi tahunan ke negara bagian Victoria, dengan mereka yang lahir di India dan Cina adalah pendatang tertinggi.
Jajak pendapat tersebut menunjukkan, 48 persen warga akan 'mendukung atau sangat mendukung' larangan imigrasi sebagian ke Australia terhadap Muslim, sementara seperempat lainnya mengatakan mereka menentang atau sangat menentangnya, dan 27 persen lainnya ragu-ragu.
Bob Birell mengatakan ia tidak berusaha memengaruhi kebijakan politik namun ia berharap Pemerintah Federal Australia akan mencatatnya. "Ini penting karena kecenderungan anti-imigrasi meningkat dan kami tahu dari pengalaman internasional para pemilih prihatin isu-isu ini bisa dan diterjemahkan ke dalam suara politik."
“Kami menunjukkan implikasi politis dari temuan ini," sebutnya.