Senin 30 Oct 2017 08:15 WIB

Mengapa Harus Marah? Santai Saja

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Esthi Maharani
Ilustrasi Amarah
Foto: Foto : MgRol_94
Ilustrasi Amarah

REPUBLIKA.CO.ID, Marah memang salah satu emosi manusia yang sulit dikendalikan, apalagi kalau sudah melihat sesuatu yang menjengkelkan hati. Namun, mengapa harus marah? Santai saja jalani hidup ini dan selalu istighfar dalam kondisi apapun.

Rasulullah SAW bersabda, Aku ini hanya manusia biasa, aku bisa senang sebagaimana manusia senang, dan aku bisa marah sebagaimana manusia marah. (HR Muslim)

Hadits tersebut menjelaskan kepada kita, memang sifat marah merupakan bara api yang dikobarkan oleh setan dalam hati manusia untuk merusak agama dan diri mereka. Karena dengan kemarahan seseorang bisa menjadi gelap mata sehingga dia bisa melakukan tindakan atau mengucapkan perkataan yang berakibat buruk bagi diri dan agamanya.

Namun, Allah SWT memuji orang-orang yang bisa menahan amarah. Orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang menafkahkan (harta mereka) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan (QS Ali Imran 3:134)

Dalam sebuah hadits Rasulallah SAW bersabda, Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam) pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah. (HR Bukhari dan Muslim)

Inilah kekuatan yang terpuji dan mendapat keutamaan dari Allah SWT, yang sangat sedikit dimiliki oleh kebanyakan manusia. Rasulallah SAW dalam hadits itu menjelaskan jika seseorang berhasil menahan amarahnya, maka orang itu telah mengalahkan musuh paling kuat dan berbahaya.

Inilah makna kekuatan yang dicintai oleh Allah SWT yang disebutkan dalam sabda Rasulullah SAW, Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah. (HR Muslim). Tentu arti kuat dalam hadits ini adalah kuat dalam keimanan dan kuat dalam berjuang menundukkan hawa nafsunya di jalan Allah. Dalam hadits lainnya, Allah memberikan tempat terbaik pada muslim yang bisa menahan amarah mereka.

Rasulallah SAW bersabda, Barangsiapa yang menahan kemarahannya padahal dia mampu untuk melampiaskannya, maka Allah swt akan memanggilnya (membanggakannya) pada hari kiamat di hadapan semua manusia, sampai (kemudian) Allah membiarkannya memilih bidadari bermata jeli yang disukainya. (HR At-Tirmidzi).

Seorang mukmin yang terbiasa mengendalikan hawa nafsunya, maka dalam semua keadaan dia selalu dapat berkata dan bertindak dengan benar. Karena ucapan dan perbuatannya tidak dipengaruhi oleh hawa nafsunya. Sebenarnya kita tidak perlu marah dalam menyikapi suatu hal. Selain karena marah adalah perbuatan buruk yang menyebabkan perpecahan, marah juga bisa menimbulkan penyakit-penyakit yang berujung pada kematian.

Jadi kenapa harus marah? Santai saja

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement