REPUBLIKA.CO.ID, ARAB SAUDI -- Pangeran Alwaleed bin Talal dari Arab Saudi terlibat kasus suap yang berkelidan dengan inisiatif anti-korupsi dunia. Ia merupakan anggota terkemuka keluarga kerajaan dan investor kaya di negaranya.
Raja Arab Saudi Salman telah menyingkirkan sejumlah pejabat penting jika terkena kasus tindakan yang keras seperti kasus korupsi. Diketahui puluhan pangeran dan mantan menteri telah ditahan. Media Arab termasuk Saudi Arabia Al Arabia dan The Wall Street Journal melaporkan Bin Talal termasuk di antara mereka yang ditangkap.
Jika diverifikasi, penangkapan Bin Talal merupakan peristiwa besar, disaat pangeran telah mengembangkan citra ke publik mengenai keuangan Saudi. Hal ini juga akan menjadi hal dramatis dalam kisah sukses Bin Salman yang terus menerus otoritas sejak ia diangkat Menteri Pertahanan pada awal 2015.
Bin Talal dianggap sebagai salah satu yang dianggap paling menonjol di Arab. Ia juga menjadi subjek banyak profil di AS dan Internasional dalam memberikan saran investasi. Miliarder Bin Talal adalah seorang dermawan dan investor lulusan Amerika. Ia banyak menginvestasikan hartanya di AS seperti Citigroup, Apple, 21st Century Fox dan Twitter serta membeli kapal pesiar dan berinvestasi di Trump's Plaza Hotel.
Pada 2015 Bin Talal mengumumkan akan menyumbangkan seluruh kekayaannya untuk membangun dunia toleransi, penerimaan, kesetaraan dan kesempatan yang lebih baik untuk semua orang.
Sementara sengketa anti-korupsi sedang dilangsungkan dengan latar belakang reformasi di Arab. Peluncuran perdana mengenai penawaran publik untuk kilang minyak terbesar Saudi Aramco akan dilakukan tahun depan. IPO diperkirakan menjadi yang terbesar sepanjang sejarah dan Aramco secara luas juga diperkirakan memiliki datar saham ganda dalam bursa internasional.