REPUBLIKA.CO.ID, Ada suatu kisah sahabat yang menyedekahkan harta yang paling dicintainya. Ia adalah Abu Thalhah. Berkat keimanannya, maka dengan ikhlas dirinya menyedekahkan kebun tersebut.
Dikisahkan dari buku “Himpunan Fadhilah Amal” karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah.a bahwa salah satu kebun terbesar yang dimilikinya bernama Birha dan kebun inilah yang paling disukai olehnya. Letaknya berdekatan dengan Masjid Nabawi dan airnya sangat manis serta mengalir deras. Nabi SAW sering duduk di kebun ini dan meminum airnya.
Ketika ayat berikut turun: “Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebaktian (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang paling kamu cintai.” (Q.S. Ali Imran:92)
Maka Abu Thalhah ra segera menjumpai Nabi SAW dan berkata, “Ya Rasulullah, aku sangat mencintai kebunku, Birha. Dan Allah memerintahkan untuk mengorbankan harta yang paling kita cintai. Untuk itu, aku ingin menginfakkan kebun yang sangat paling aku cintai ini fi sabilillah. Apa pun yang menurut engkau baik untuk digunakan, maka gunakanlah.”
Rasulullah SAW menampakkan rasa gembira yang luar biasa. Beliau bersabda, “Harta yang sangat berharga. Menurutku, bagikanlah harta ini kepada kaum kerabatmu yang memerlukannya.” Kemudian Abu Thalhah ra membagikan hartanya itu kepada sanak saudaranya.
Anar ra mengatakan, bahwa Abu Thalhah adalah seorang Anshar yang memiliki kebun terbanyak dan terbesar di Madinah Munawarrah. Suatu ketika Abu Thalhah ra sedang shalat di kebunnya. Tiba-tiba seekor burung terbang di antara pepohonan. Burung itu terbang ke sana kemari, lalu masuk ke dalam rerimbunan daun yang lebat, dan ia tidak dapat ke luar dari rerimbunan itu.
Melihat kejadian ini, perhatian Abu Thalhah terarah pada tingkah laku burung itu sehingga ia lupa jumlah rakaat yang dilakukannya. Ia merasa sangat panik terhadap perbuatannya ini. Ia sadar bahwa musibah telah menimpanya disebabkan kebunnya, sehingga ia terlupa dalam shalat. Setelah shalat ia langsung menjumpai Rasulullah SAW dan menyampaikan semua kejadian itu.
Ia berkata, “Ya Rasulullah, kebunku ini telah membuatku lalai dalam shalat. Oleh sebab itu, aku sedekahkan kebun ini fi sabilillah, gunakanlah sekehendakmu.”
Demikianlah semangat keimanan Abu Thalhah. Karena shalat sangat berharga bagi dirinya. Thalhah dengan mudahnya menginfakkan kebun tersebut di jalan Allah.