Senin 13 Nov 2017 15:07 WIB

Konsumsi Daging Berlebihan, Bolehkah?

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Agus Yulianto
Perbanyak porsi sayur dan kurangi porsi daging jadi cara sehat konsumsi daging (Ilustrasi)
Foto: seriouseats
Perbanyak porsi sayur dan kurangi porsi daging jadi cara sehat konsumsi daging (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Secara tradisional, Muslim adalah semi-vegetarian karena daging bukanlah kebutuhan syari'at. Sebagian besar makanan dari Nabi Muhammad SAW tidak memiliki daging di dalamnya. Daging jarang dimakan pada masa Rasulullah.

Pada masa itu seseorang harus mengorbankan ternak pribadinya sebelum memakan daging. Jadi, daging biasanya hanya dimakan saat orang diundang ke suatu tempat sebagai tamu.

Seorang teman Rasulullah SAW yang adalah seorang vegetarian dan Rasulullah menerima ini darinya. Begitu Hazrat 'Umar (Radiyallahu Anhu) melihat seorang pria membeli daging setiap hari di pasar, dia menegurnya. Selama khilafah Hadrat Umar (RA) dia melarang makan daging setiap hari. Hal ini diperbolehkan dilakukan Khalifah karena hanya mubah (diperbolehkan) untuk makan daging setiap hari, dilansir dari Muslim Village, Senin (13/11).

Imam Malik memiliki sebuah bab berjudul Bab Al-Lahm (Bab tentang Daging) dalam koleksi hadisnya yang berjudul "Muwatta". Ada dua hadis dari dalam pasal itu dan keduanya adalah peringatan tentang makan daging. Dahulu kala kebanyakan Muslim biasa makan daging, seperti kelas menengah seminggu sekali (pada hari Jumat) atau jika mereka miskin hanya pada Idul Fitri.

Salah satu syarat yang ditetapkan oleh Imam Sahl Al-Tustari, ketika dia membawa siswa adalah bahwa mereka hanya makan daging sekali seminggu. Di Maliki Fiqh seorang wanita kaya berhak makan daging dua kali seminggu.

Sekarang ini banyak Muslim yang makan daging tiga kali sehari kemudian kita bertanya-tanya mengapa kita memiliki begitu banyak penyakit. Dalam kebanyakan kasus, nafsu makan kita sendiri (nafs) yang mengarah pada kondisi jantung dan itu salah kita sendiri.

Makanan merupakan fondasi eksistensi material kita. Jika kita makan makanan dengan proporsi yang benar, dan jika kita makan makanan enak, maka itu akan bermanfaat bagi tubuh. Kebalikannya juga benar. Hal terburuk yang bisa Anda lakukan adalah mengisi tubuh dengan penuh makanan.

Sunnah-nya adalah untuk mengkonsumsi cukup banyak makanan agar punggung kita tetap tegak lurus, sambil mengisi sepertiga perut dengan makanan, sepertiga udara dan sepertiga dengan air, adalah dispensasi (rukhsa) yang diberikan kepada kita oleh Rasulullah (SAW). Pada saat bersamaan, kita tahu bahwa Rasulullah SAW tidak menganjurkan asketisme (bertapa/ makan sangat sedikit) dan dia juga tidak suka makan kebanyakan. Kita harus bersikap moderat dalam makanan kita.

Rasulullah SAW bukanlah pemakan daging yang sering. Sebagian besar makanannya tidak memiliki daging di dalamnya.

Ini adalah hadits yang disepakati dari Sahih Bukhari dan Sahih Muslim yang merupakan bukti dari hal ini: Hazrat 'Urwa menceritakan bahwa Hazrat' Aisha (Radiyallahu Anha) berkata kepada 'Urwa, "Anak saudaraku, kami biasa melihat tiga bulan sabit dalam dua bulan tanpa ada api menyala di rumah-rumah Rasulullah. "Dia berkata," Saya berkata, 'Apa yang Anda bertahan hidup?' Dia berkata, 'Dua yang hitam-kurma dan air'. Namun, Rasulullah SAW. Memiliki beberapa tetangga Ansar yang memiliki domba yang dipinjamkan kepada mereka untuk diperah susunya dan mereka biasa memberikan Rasulullah SAW beberapa minuman mereka untuk kami minum."

Hadis yang dicatat oleh Imam Malik (RA), memperingatkan tentang konsumsi daging yang berlebihan.  Yahya berhubungan dengan saya dari Malik dari Yahya ibn Sa'id bahwa 'Umar ibn al-Khattab berkata, "Waspadalah terhadap daging. Ini memiliki kecanduan seperti kecanduan anggur."

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement