REPUBLIKA.CO.ID, -- Gempa bumi berkekuatan 7,3 skala richter mengguncang perbatasan Iran dan Irak pada Ahad (12/11) waktu setempat. Sebanyak 332 orang dilaporkan tewas dan 2.500 warga lainnya menderita luka-luka.
Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah seiring tim penyelemat dari kedua negara masih melakukan pencarian dan evakuasi terhadap puluhan orang yang diduga masih terperangkap reruntuhan gempa. Khususnya di daerah terpencil di Iran.
Arab News melaporkan, gempa berkekuatan 7,3 SR dirasakan di beberapa provinsi barat Iran. Namun provinsi paling parah terdampak, yakni Kermanshah. Daerah itu telah mengumumkan tiga hari masa tanggap darurat atau berkabung.
Sebagian besar korban dilaporkan berasal dari wilayah Sarpol-e Zahab di provinsi Kermanshah atau sekitar 15 km (10 mil) dari perbatasan Irak. Televisi pemerintah Iran mengatakan gempa tersebut menyebabkan kerusakan parah di beberapa desa.
Gempa juga menyebabkan tanah longsor yang menghambat usaha penyelamatan. Sedikitnya 14 provinsi di Iran terdampak gempa bumi.
Listrik terputus di beberapa kota Iran dan Irak. Saat ini, warga memilih berada di taman kota dalam kondisi cuaca dingin untuk mengantisipasi adanya gempa susulan.
Pusat seismologi Iran mencatat terjadi sekitar 118 gempa susulan. Iranian Red Crescent mengatakan lebih dari 70 ribu orang membutuhkan tempat penampungan darurat.
Salah satu korban dari Iran, Hojjat Gharibian memilih kedinginan bersama keluarganya di Qasr-e Shirin untuk mengantisipasi gempa susulan.
"Dua anak saya sedang tidur saat rumah mulai runtuh karena gempa. Saya kemudian membawa mereka dan berlari ke jalan," tutur dia.
Gharibian mengatakan keluarganya menghabiskan waktu berjam-jam menunggu bantuan datang untuk mengevakuasinya ke sebuah gedung sekolah.
Menteri Dalam Negeri Iran, Abdolreza Rahmani Fazli mengatakan sejumlah desa terisolasi karena jalan tertutup reruntuhan.