REPUBLIKA.CO.ID, TIMIKA -- Aparat kepolisian didukung berbagai pihak terus berupaya menyelamatkan sekitar 1.300 warga sipil yang kini masih terjebak di beberapa kampung sekitar Kota Tembagapura, Mimika yang diduduki kelompok kriminal bersenjata (KKB). Kabid Humas Polda Papua Komisaris Besar Polisi AM Kamal di Timika, Senin (13/11), mengatakan, sejak Jumat (10/11), warga sipil di kampung-kampung sekitar Kota Tembagapura seperti Waa-Banti, Kimbeli dan lainnya mengeluhkan semakin menipisnya persediaan logistik mereka.
Warga tidak diperkenankan oleh KKB bepergian ke Tembagapura untuk membeli atau mengambil barang kebutuhan pokok. Menyikapi itu, pada Sabtu (11/11), Pemkab Mimika melalui Pemerintah Distrik Tembagapura mengirim dua konteiner bahan kebutuhan pokok ke Tembagapura.
Hanya saja distribusi logistik ke kampung-kampung itu terkendala lantaran masih dikuasai oleh KKB. "Logistik itu sekarang sudah ada di Kantor Polsek Tembagapura. Masyarakat yang membutuhkan logistik silakan datang mengambil sendiri di Polsek Tembagapura. Hari pertaa cukup banyak yang datang. Lalu diimbau kepada mereka untuk memberitahukan kepada warga yang lain di kampung. Namun pada hari berikutnya cuma dua orang yang datang," jelas Kamal.
Selanjutnya pada Ahad (12/11), aparat melakukan komunikasi dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama di Kampung Banti-Kimbeli agar mendorong warga yang kehabisan bahan makanan untuk datang mengambil logistik di Kantor Polsek Tembagapura.
"Setelah ditunggu sampai sore hari, hanya dua orang yang datang membawa putrinya yang sedang dalam keadaan hamil besar. Mereka berjalan kaki dua jam dari kampung. Saat itu juga rekan-rekan kami dari Polsek Tembagapura langsung membawa ibu hamil tersebut ke RS Tembagapura," ujar Kamal.
Menurut Kamal, kini diperlukan adanya keterlibatan tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk memberikan pencerahan kepada KKB agar mau menyelesaikan persoalan yang ada dengan bijaksana, tanpa harus mengorbankan ribuan warga sipil. KKB wilayah Tembagpura yang dipimpin Ayuk Waker dan ditengarai memiliki 35 pucuk senjata api dengan pengikut mencapai seratusan orang telah menguasai sejumlah perkampungan sekitar Tembagapura mulai dari Utikini Lama, Kimbeli, Waa-Banti, Opitawak hingga ke Aroanop sejak tiga pekan terakhir.
Kelompok bersenjata ini dituding sebagai dalang utama dari serangkaian aksi kekerasan di wilayah Tembagapura akhir-akhir ini seperti teror penembakan terhadap kendaraan dan fasilitas PT Freeport Indonesia, penembakan terhadap anggota Brimob, penembakan terhadap warga sipil, pemerkosaan dan lainnya. Hingga kini diperkirakan sekitar 1.300 warga sipil masih terjebak di kampung-kampung itu. Mereka dilarang bepergian lantaran dijadikan tameng hidup oleh KKB untuk melakukan perlawanan kepada aparat keamanan.