Kamis 16 Nov 2017 04:25 WIB

Tunjungan Abu Bakar RA dari Baitul Mal

Rep: Mgrol97/ Red: Agus Yulianto
Pada era Abu Bakar Ash-Shiddiq, khalifah dipilih lewat musyawarah.
Foto: Islambook.net/ca
Pada era Abu Bakar Ash-Shiddiq, khalifah dipilih lewat musyawarah.

REPUBLIKA.CO.ID, Abu Bakar ra adalah seorang pedagang kain, dan ia hidup dengan dagangannya itu. Sehari  setelah dilantik menjadi khalifah, ia membawa beberapa helai kain di tangannya menuju pasar untuk berjualan seperti biasanya.

Dikisahkan dari Ensiklopedia Alquran bahwa di tengah jalan, ia berjumpa dengan Umar ra. dengan bertanya kepadanya, “Mau kemana engkau?” Jawab Abu Bakar ra, “Mau ke pasar.” Kemudian Umar ra menimpalinya, “Jika engkau sibuk berdagang, lalu siapakah yang akan menjalankan tugas kekahalifahan?”

Mendengar perkataan Umar ra, dirinya bingung bagaimana harus membiayai keluargannya. Maka Umar ra mengajaknya menemui Abu Ubaidah (yang dijuluki penjaga amanah oleh Nabi SAW) agar menentukan gaji Abu Bakar.

Keduanya pun menjumpai Abu Ubaidah ra dan ditetapkanlah tunjungan untuk Abu Bakar ra. Jumlahnya sama dengan tunjangan seorang Muhajirin lainnya, tidak kurang dan tidak lebih dari itu.

Suatu hari istrinya berkata kepada Abu Bakar ra., “Aku ingin makan sedikit manisan.”

Namun, saat itu, Abu Bakar tidak memiliki uang untuk membelinya. Maka, sang istri meminta izin Abu Bakar untuk menabung sedikit demi sedikit dari uang belanjanya setiap hari agar dapat membeli manisan itu. Abu Bakar menyetujuinya.

Beberapa hari kemudian, uang itu pun terkumpul untuk membeli makanan yang diinginkan istrinya. Setelah terkumpul, istrinya menyerahkan uang itu kepada suaminya untuk dibelikan bahan makanan tersebut. Namun Abu Bakar ra. berkata, “Tampaknya dari pengalaman ini, uang tunjangan kita dari Baitul-Mal telah melebihi keperluan kita.”

Lalu Abu Bakar ra mengembalikan uang yang sudah dikumpulkan oleh istrinya itu ke Baitul-Mal. Sejak hari itu, uang tunjangan Abu Bakar ra dikurangi sejumlah uang yang dapat dihemat istrinya.

Meskipun seorang khalifah dan tokoh masyarakat, Abu Bakar ra tetap ingin berdagang. Sebab dengan pekerjaan itu, ia berharap, dapat mencukupi keperluan keluarganya. Sebagaimana yang telah ia umumkan ketika diangkat menjadi khalifah.

Seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Aisyah ra ketika Abu Bakar dilantik menjadi khalifah, ia berkata, “Wahai kaumku, kalian telah mengetahui bahwa aku  mencari nafkah dengan berdagang. Keuntunganku telah mencukupi  keperluan keluargaku. Tetapi, sekarang aku telah disibukkan dengan urusan kaum Muslimin, sehingga untuk keperluanku dan keluargaku terpaksa dipenuhi dari Baitul-Mal.”

Walaupun demikian, ketika Abu Bakar ra akan meninggal dunia, ia berwasiat kepada Aisyah ra agar mengembalikan seluruh uang tunjangan yang telah dikeluarkan Baitul-Mal untuk keluarganya selama menjadi khalifah dan menyerahkannya kepada khalifah berikutnya.

Anas ra meriwayatkan bahwa ketika Abu Bakar ra meninggal dunia, ia tidak meninggalkan apa pun, baik dirham atau dinar. Ia hanya meniggalkan seekor unta betina untuk diambil susunya, sebuah mangkok, dan seorang pelayan.

Sahabat lainnya mengatakan, ia telah meninggalkan sehelai selimut  dan sehelai kain alas. Benda-benda itu telah diserahkan kepada Umar ketika ia menggantikannya sebagai khalifah.

Umar ra. berkata, “Semoga Allah mencuri rahmat kepada Abu Bakar, ia telah menunjukkan jalan yang sulit diikuti oleh para penggantinya.”

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement