Ahad 19 Nov 2017 06:16 WIB

Potret Keterbukaan di Oman

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Muscat
Foto: fr.wikipedia.org
Muscat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kesultanan Oman, negara monarki mutlak yang terletak di sebelah tenggara Semenanjung Arab itu, termasuk salah satu negara Islam yang dikenal toleran.  

Negara yang berbatasan dengan Arab Saudi (barat), Uni Emirat Arab (barat laut), Yaman (barat daya), Laut Arab (timur dan selatan), dan Teluk Oman (utara) ini dihuni oleh penduduk dengan berbagai macam latar belakang etnis dan agama. 

Total penduduknya tak lebih besar dari penduduk DKI Jakarta, kurang lebih 4 juta jiwa menurut sensus 2014.  

Mayoritas adalah Arab Muslim dengan populasi sebesar 77 persen. Sedangkan, sisanya adalah minoritas India, Pakistan, Iran, dan Afrika.     

Keterbukaan negara yang saat ini dipimpin oleh Sultan Qabus bin Said al-Said itu, memang terjadi beberapa dekade terakhir. 

Sebelum minyak ditemukan pada 1960, Oman adalah negara yang menutup diri dari peradaban luar. Namun, citra tersebut sekarang berubah. 

Penemuan ladang minyak dan ambisi yang kuat dari sultan mengakhiri isolasi tersebut. Oman menjadi salah satu negara maju dengan perkembangan yang pesat dalam berbagai bidang.  

Kesejahteraan sosial di negara yang beribukotakan Muskat itu, mengandalkan pengusaha dan jaringan kerabat. Jika ada masyarakat yang berusia lanjut usia, memiliki keterbatasan fisik serta mengalami keterbatasan ekonomi, akan dirawat oleh jaringan kerabat. 

Sejak 1970-an, pemerintah telah bekerja keras membangun layanan kesejahteraan sosial, mempromosikan stabilitas, dan keamanan bagi masyarakat Oman. 

Departemen Sosial, Tenaga Kerja, dan Pelatihan Keterampilan bertanggung jawab mengeluarkan biaya bulanan bagi orang tua, para janda, korban perceraian, dan orang yang memiliki keterbatasan fisik. 

Adapun perhatian khusus bagi kaum muda akan dilakukan melalui pusat pemerintahan khusus.

Kendati demikian, di tengah-tengah ekonomi yang melaju pesat itu, jumlah organisasi swadaya masyarakat (LSM) di Oman sangat sedikit. 

Hal ini karena kekhawatiran pemerintah terhadap keamanan negara dengan adanya LSM. Pemerintah selektif memberikan izin beroperasinya LSM.  

LSM pertama yang berdiri Oman pada 1970-an, yakni Asosiasi Perempuan Oman. Organisasi ini diintegrasikan ke dalam Departemen Sosial dan Tenaga Kerja pada awal 1980. 

Selanjutnya, pada 1990 berdiri Asosiasi untuk Kesejahteraan Anak Disabilitas yang bertugas menjalankan pusat perawatan dan rehabilitasi anak disabilitas, Organisasi Amal Oman (juga dikenal sebagai Oman Kebajikan Masyarakat), yang berdiri pada 1990-an. 

LSM lainnya, termasuk klub olahraga, asosiasi sastra, dan pusat-pusat budaya universitas.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement