REPUBLIKA.CO.ID, BEOGRAD -- Komunitas muslim di Beograd menyatakan pemerintah kota telah berulangkali mengabaikan permintaan pembangunan masjid baru. Hal ini pun memicu tanda tanya atas komitmen Serbia atas kaum minoritas. Sebagai salah satu syarat penting keanggotaan negara Uni Eropa. Uni Eropa telah memberikan peringatan tentang hal ini pada tahun 2016 kepada Serbia jika ingin bergabung dengan UE.
Kantor tata kota setempat menampik tuduhan upaya pembangunan masjid baru. Sebaliknya mereka merasa tidak pernah menerima permohonan dari komunitas muslim Serbia. Hal yang disanggah oleh mufti setempat. Total jumlah muslim di Serbia mencapai 230.000 jiwa. Setara dengan 3,1 persen populasi Serbia. Kebanyakan dari mereka tinggal di kawasan yang berbatasan dengan Bosnia, Kosovo dan Montenegro.
Mufti masjid yang dihancurkan di Zemun Polje, Emin Zejnulahu berkomentar. “Hendaknya setiap muslim tidak merasa terhalangi. Kita harus tetap beribadah apapun halangannya,” ujarnya kepada Reuters. “Kita pun harus menjadi tetangga yang baik kepada siapapun. Apapun agama dan kebangsaanya”.