REPUBLIKA.CO.ID,SUKABUMI -- Sebanyak 125 orang santri dari 23 provinsi Indonesia ditambah negara Malaysia belajar seni kaligrafi Alquran di Kota Sukabumi. Mereka selama satu tahun belajar kaligrafi di Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka yang berada di Jalan Bhineka Karya Nomor 53 Kelurahan Karamat, Kecamatan Gunung Puyuh, Sukabumi, Jawa Barat.
"Santri tersebut mulai belajar sejak Agustus 2017 dan selesai pada Juni 2018 mendatang," ujar Ketua Bidang Administasi dan Kepengasuhan Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka Ohan Jauharudin kepada Republika Jumat (24/11).
Setiap tahunnya terang dia pesantren tersebut memang mendidik ratusan santri dari hampir semua provinsi di Indonesia dan bahkan melatih para santri dari luar negeri. Pada musim ajaran baru tahun ini, ungkap Ohan, para santri yang datang berasal dari 23 provinsi dan satu negara dari Malaysia.
Daerah asal para santri antara lain dari Aceh, Kepulauan Riau, Lampung, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), Bali, dan Kalimantan Selatan. Selain itu ada sejumlah santri yang berasal dari negara Oman yang belajar khusus secara intensif.
Banyaknya santri dari berbagai daerah dan luar negeri ini, ujar Ohan, disebabkan karena pesantren Lemka ini sudah cukup dikenal dalam bidang kaligrafi. Di mana, pesantren tersebut telah berdiri sejak 1998 lalu.
Sebelum berdiri pesantren, ujar Ohan, terlebih dahulu ada lembaga kaligrafi Alquran (Lemka) di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jakarta Ciputat pada tahun 1985. Pada saat itu dimulai dengan kursus kaligrafi dan pembinaan yang minat kaligrafi.
"Dalam perjalanannya kami ingin mengembangkan kaligrafi secara lebih luas, sehingga ada rencana mendirikan pesantren kaligrafi Alquran pada 1998," tutur Ohan. Hasilnya, setelah mencari lahan akhirnya terpilih lokasi pesantren berada di Kota Sukabumi.
Sejak berdiri hingga 2017 ini, terang Ohan, jumlah lulusan santri pesantren kaligrafi Alquran mencapai sebanyak 3.000 orang yang tersebar hampir di semua provinsi. Selain itu banyak juga lulusan pesantren dari luar negeri seperti Oman, Malaysia, dan Brunai Darussalam.
Selama di pesantren, ungkap Ohan, para santri diberikan materi pembinaan kaligrafi seperti tujuh macam khat atau tulisan yakni Naskah, Tsuluts, Farisi, Diwani, Kufi, Riqah dan Diwani Jali. Dari tujuh khat ini, kata dia, ada materi pengembangan yakni cabang hiasan mushaf yang sering digunakan untuk cover Alquran.
Cabang kaligrafi ini memadukan ornamen dan pewarnaan dengan menggunakan pena. Cabang kedua yakni dekorasi yang memadukan sejumlah ornamen dan media melukisnya kuas.
Ketiga, cabang naskah murni hitam putih murni tanpa ada ornamen dan pewarnaan. Terakhir, cabang kaligrafi kontemporer yang merupakan jenis kaligrafi dengan media kanvas. Di mana, huruf bisa diolah atau divariasikan dengan berbagai berbentuk seperti awan, batu atau pohon. Syaratnya antara tulisan dengan lukisan harus berkaitan dengan maknanya.
Menurut Ohan, para santri dan lulusan Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka banyak menorehkan prestasi baik dalam maupun luar negeri. Contohnya pada ajang kaligrafi Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) tingkat nasional sebagian vesar finalisnya berasal dari Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka. Namun, kata dia, mereka membawa daerah asalnya masing-masing.