REPUBLIKA.CO.ID, Iring-iringan kaum dan abdi dalem Kasultanan Kasepuhan Cirebon keluar dari Museum Pusaka Keraton Kasepuhan, Sabtu (25/11) sekitar pukul 08.00 WIB. Setiap mereka, membawa piring-piring, guci, dan gelas kuno yang semula tersimpan di museum tersebut. Dengan teratur, iring-iringan yang mengenakan pakaian serba putih itu berjalan menuju ruang gebyog melalui dalem arum. Semua benda kuno yang mereka bawa itu akan dilakukan proses pencucian, atau yang dikenal dengan istilah Siraman Panjang.
Tradisi Siraman Panjang rutin digelar oleh Kasultanan Kasepuhan Cirebon setiap tahun untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi tersebut biasa dilakukan pada 5 Rabiulawal, yang pada tahun ini jatuh pada 25 November 2017. Kegiatan itu mendahului puncak acara yang akan dilakukan pada 12 Rabiulawal (1 Desember 2017), yang dikenal dengan nama Panjang Jimat.
Seluruh piring, guci dan gelas kuno yang usianya sudah sekitar 700 tahun itu dilakukan siraman/pencucian di Bangsal Kaputren. Di tempat tersebut, keluarga dan kerabat keraton telah menunggu dengan duduk bersila di atas lantai dan bersiap melakukan pencucian. Mereka kemudian mencuci benda-benda peninggalan para Wali Songo itu satu per satu di dalam sebuah bak berisi air bersih.
Namun, berbeda dari tahun lalu, jumlah piring Wali Songo yang dicuci kali ini berjumlah sembilan buah. Padahal, tahun lalu jumlah piring Wali Songo yang dicuci hanya tujuh buah.
"Tahun ini adalah tahun Dal. Hanya setiap tahun Dal dan tahun Wawo saja sembilan piring Wali dicuci. Selain kedua tahun itu, hanya tujuh piring Wali yang dicuci," ujar Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat.