Rabu 29 Nov 2017 05:15 WIB

Syafaat Orang yang Berilmu

Rep: Mgrol97/ Red: Agus Yulianto
Abu Dzar termasuk golongan sahabat yang mula-mula memeluk Islam.
Foto: Trueclassics.net
Abu Dzar termasuk golongan sahabat yang mula-mula memeluk Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, Abu Dzar al-Ghifari meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Menghadiri majelis orang alim lebih utama daripada salat seribu rakaat, menjenguk seribu orang sakit, dan menghadiri seribu jenazah.” Kemudian Abu Dzar bertanya, “Bukankah membaca Alquran lebih utama dari majelis orang alim? Nabi SAW menjawab dengan lugas dan bijaksana, “Apakah membaca Alquran berguna tanpa ilmu?”

Di antara sabda Nabi SAW adalah, “Orang pandai adalah kepercayaan Allah SWT di muka bumi. Kelak pada hari Kiamat, terdapat tiga kategori pemberi syafaat; para nabi, orang pandai, dan orang-orang yang mati syahid.”

Dikutip dari Ensiklopedia Alquran bahwa ini jelas menunjukkan derajat orang pandai, ulama, ilmuwan, dan cendekiawan sangat terhormat di sisi Allah SWT, sehingga dikategorikan sebagai pemberi syafaat. Padahal, tidak semua malaikat diperkenankan memberi syafaat sesuai dengan firman Allah SWT:

“Dan betapa banyak malaikat di langit yang syafaatnya tidak berguna sedikit pun, kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridai-Nya.” (QS. An-Najm: 26).

Nabi Muhammad SAW bersabda tentang kedudukan ilmuwan pada hari Kiamat, “Pada hari Kiamat, Allah SWT membangkitkan seluruh hamba-nya. Kemudian Dia membangkitkan orang yang pandai, seraya berfirman, ‘Wahai orang-orang pandai, sungguh Aku tidak memberikan pengetahuan-Ku kepada kalian selain karena pengetahuan-Ku akan keberadaan kalian. Aku juga tidak memberikan ilmu-Ku untuk menyiksa kalian. Pergilah, Aku telah mengampuni kalian.”

Rasulullah SAW menambahkan, “Bahkan yang ada di langit dan di bumi memohonkan ampunan bagi orang yang pandai.”

Beliau juga menegaskan bahwa bersandarnya orang alim di tempat tidur untuk merenungi ilmunya lebih baik daripada ibadahnya santri selama enam puluh tahun. Selain itu Beliau juga mengatakan orang terbaik setelahnya adalah orang yang mengajarkan ilmunya sehingga ilmu itu tersebar luas. Pada hari kiamat, ia akan dibangkitkan sebagai  suatu bangsa. Wallahualam.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement