Kamis 30 Nov 2017 12:13 WIB

Mensos Dorong Pengembangan Kearifan Lokal

Rep: Zahrotul Oktaviani / Red: Maman Sudiaman
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menutup Konferensi Nasional Kearifan Lokal 2017 di Jakarta, Rabu (29/11).
Foto: Humas Kemensos
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menutup Konferensi Nasional Kearifan Lokal 2017 di Jakarta, Rabu (29/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mendorong penguatan peran kearifan lokal agar mampu menjadi peredam kemungkinan disharmoni sosial, ekonomi, politik dan budaya.

"Tahun depan akan dilaksanakan pilkada di 171 titik baik kabupaten, kota maupun provinsi. Potensi disharmoni bahkan potensi konflik yang mungkin mengganggu kohesifitas sosial bisa terjadi. Maka tokoh lintas agama, lintas budaya dan lintas profesi diharapkan terus memupuk persaudaraan meskipun beda afiliasi politik, beda strata sosial ekonomi dan beda kulturnya," ujar Khofifah usai menutup Konferensi Nasional Kearifan Lokal Tahun 2017 di Jakarta, Rabu (29/11) malam.

 

Dalam siaran persnya yang diterima Republika, siang ini (30/.11) disebutkan, keberagaman Indonesia tampak pada 300 kelompok etnis, 1.340 suku, enam agama besar, puluhan aliran kepercayaan, yang semuanya menyebar pada 17 ribu pulau di wilayah Indonesia. Berbagai isu kebangsaan yang saat ini sering terdengar antara lain tentang radikalisme, konflik sosial, ekslusifitas, intoleransi dan terorisme dapat diminimalisasi melalui penguatan peran tokoh agama dan budaya dalam mengusung kearifan lokal.

 

Dikatakan Khofifah, kearifan lokal yang dimaksud adalah ciri khas yang tumbuh, hidup dan adaptif, berskala lokal, punya kekuatan mengikat, sebagai tuntunan perilaku bagi warganya dalam berelasi dengan lainnya berdasarkan kesetaraan, kesederajatan, dan non diskriminatif.

 

"Kepemimpinan lokal dan pemimpin informal , mekanisme lokal, sumber daya lokal, dan inisiatif lokal merupakan komponen-komponen utama dan merupakan inti dari kearifan lokal yang hingga kini bertahan di tengah pengaruh globalisasi," katanya.

 

Keragaman ini oleh Khofifah dikatakan jika dikelola dengan baik maka identitas ke-Indonesiaan akan makin kental. Yaitu identitas kebangsaan yang bersumber dari kebhinekaan dan diikat oleh Pancasila.

 

Khofifah lantas menyontohkan nilai-nilai kearifan lokal seperti Musyawarah Mufakat. Di Lampung hal ini disebut "Rembug Pekon", sementara di Bangka Belitung disebut "Sepintu Sedulang", atau Rakat Mupakat di Kaltim, dan Rembugan di Jawa Tengah.

 

Kemudian Gotong Royong, di beberapa daerah dikenal dengan istilah "Pokadulu" (Sulawesi Tenggara), sementara di masyarakat bugis dikenal dengan ungkapan "mali si parappe, malilu dipakainge, rabha si patokkong" yang berarti hanyut dibawa ke pinggir/saling menolong, hilap di nasehati, jatuh dibangkitkan).

 

Mensos mengatakan konferensi ini penting dalam situasi bangsa Indonesia menghadapi pilkada serentak tahun 2018, solusi atas radikalisme, konflik sosial, eksklusifitas kelompok dan golongan, terorisme dan yang baru-baru ini terjadi adalah penyanderaan warga Indonesia oleh oleh kelompok bersenjata di Timika.

 

Kegiatan Konferensi ini dihadiri perwakilan tokoh agama, pendidikan, budaya, adat dan lintas profesi. Tema kegiatan ini adalah Memperkuat Kearifan Lokal dalam Menjaga Persatuan dan Kesatuan Menuju Indonesia Damai dan Sejahtera.

 

Konferensi Nasional Kearifan Lokal 2017 diikuti 400 orang dari 34 provinsi, 340 unsur masyarakat yang terdiri dari tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh adat, lembaga keagamaan (NU, Muhammadiyah, PGI, KWI, Walubi, PKBI, Matakin), kepolisian, TNI, BIN Daerah, serta Dinas Sosial provinsi/kota/kabupaten.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement