Jumat 01 Dec 2017 11:12 WIB
Maulid Nabi Muhammad

Nubuwah dan Risalah Nabi Muhammad SAW

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agus Yulianto
Mencintai Nabi Muhammad SAW (ilustrasi)
Mencintai Nabi Muhammad SAW (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Tanda kenabian sebenarnya sudah tampak saat Muhammad bersama Maysarah membawa dagangan Khadijah ke Suriah. Selama perjalanan, Maysarah merasakan ia dan Muhammad dinaungi awan sehingga perjalanan mereka tidak terasa terik.

Di Bosra, di selatan Suriah, terdapat sebuah biara yang dihuni pendeta Kristen dari masa ke masa. Nestor adalah pengganti Bahira, pendeta yang pernah menemui Muhammad yang masih anak-anak dibawa Abu Thalib ke Suriah.

Saat Muhammad dan Maysarah sampai di Bosra, Muhammad berteduh di bawah pohon dekat tempat seorang pendeta bernama Nestor. Tempat berteduh itu adalah tempat yang sama saat Muhammad saat Abi Thalib membawanya ke Suriah, 15 tahun lalu.

Nestor lalu bertanya kepada Maysarah, siapa lelaki yang berteduh di bawah pohon itu. Maysarah menjawab lelaki itu adalah orang Quraisy dari keluarga penjaga Tanah Suci. Mendengar itu, Nestor berkata, ''Dia tak lain adalah seorang nabi.''

Saat kembali ke Mekkah, Maysarah menjelaskan hal itu kepada Khadijah. Khadijah menceritakan hal itu kepada sepupunya, Waraqah bin Nawfal. Waraqah menyatakan, ''Jika benar, Muhammad adalah nabi bagi kaum kita. Sudah lama aku tahu seorang nabi akan diutus dan kini saatnya telah tiba.''

Kejadian-kejadian yang terjadi setelah pernikahan Muhammad dengan Khadijah menguatkan hal itu dan hal-hal lain sebelumnya, termasuk dalam sengketa penempatan Hajar Aswad ketika Kabah dipugar. Setelah disempurnakan pembangunannya oleh Ibrahim dengan dibantu Ismail, Kabah beberapa kali mengalami renovasi. Banjir besar pernah menerjang Mekkah dan membuat Ka'bah harus dipugar.

Pada usai 35 tahun, Muhammad dan Abbas membantu mengangkat batu saat Kabah dipugar. Alasan pemugaran total itu karena dinding Kabah saat itu terlalu pendek dan tidak beratap sehingga rawan dimasuki orang.

Setelah hampir selesai, suku-suku yang terlibat berselisih soal siapa yang akan menempatkan kembali Hajar Aswad ke tempatnya. Hampir saja terjadi pertumpahan darah karena itu. Beruntung mereka sepakat, yang berhak mengangkat dan meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya adalah dia yang datang pertama esok harinya.

Muhammad jadi orang pertama yang hadir di sana. Para pihak yang terlibat menerima bila Muhammad yang melakukan tugas kehormatan itu. Agar adil, Muhammad meminta selembar kain yang ujung- ujungnya dipegang perwakilan tiap suku agar semua merasakan mengangkat Hajar Aswad.

Peran Muhammad meredam konflik renovasi Kabah nampak menjadi persiapan yang Allah SWT berikan sebelum mengemban nubuwah dan risalah. Dipercayanya Muhammad menjadi bukti kredibilitas julukan Al-Amin memang tidak diragukan.

Imam Bukhari meriwayatkan, wahyu yang diterima Muhammad dimulai dengan sebuah mimpi yang benar. Dalam mimpi itu Muhammad melihat cahaya bak fajar menyingsing. Setelah itu, Allah SWT membuat Muhammad gemar beruzlah berulang kali sampai Muhammad dikejutkan dengan wahyu di Gua Hira.

Mendekati usia 40 tahun, muncul kecenderungan dalam diri Muhammad untuk melakukan uzlah di sebuah gua di gunung sebelah barat laut Mekkah, Hira. Muhammad menghabiskan waktu berkontemplasi selama beberapa malam di gua Hira, kadang 10 malam, kadang hingga sebulan. Muhammad tetap melakukan uzlah sampai wahyu pertama turun.

Selama beberapa tahun beruzlah, Muhammad terkadang mendengar ucapan, ''Assalamu'alaikm wahai Utusan Allah.'' Meski dicari, Muhammad tak menemukan orang yang mengucapkan kalimat itu.

Pada suatu malam menjelang akhir Ramadhan di Gua Hira, satu malaikat dalam rupa manusia datang kepada Muhammad. Malaikat itu mengatakan, ''Bacalah!''

Muhammad menjawab ia tak bisa membaca. Malaikat itu mendekap Muhammad lalu melepaskannya, lalu mengulangi perintah membaca itu. Muhammad lagi-lagi menjawab yang sama. Malaikat itu didekap lagi dan dilepaskan. Untuk ke tiga kalinya, malaikat itu mendekap Muhammad dan membacakan lima ayat pertama surat Al-Alaq.

Setelah membaca apa yang dibaca malaikat itu, Muhammad ditinggalkan sendiri. Di tengah kekhawatiran akan gangguan jin, Muhammad lari menuruni gua. Muhammad mendengar suara, ''Hai Muhammad! Engkau utusan Allah dan aku Jibril.''

Muhammad menengadah ke langit. Tamu yang tadi memeluknya terlihat memenuhi angkasa dalam rupa malaikatnya. Tiba di rumah, Muhammad minta diselimuti oleh Khadijah. Muhammad lalu rebah di dipan.

Setelah tenang, Muhammad menceritakan yang ia alami kepada Khadijah. Khadijah lalu menyampaikan hal itu kepada sepupunya, Waraqah putra Nawfal dari suku Asad. Waraqah adalah seorang hanif, ia memeluk Nasrani. Ia telah mempelajari injil dan teologi. Karena itu, ia mampu melihat janji Kristus akan datangnya seorang nabi.

Kepada Khadijah, Waraqah berkata, ''Quddus! Quddus! Demi Tuhan yang menguasai jiwaku, yang mendatangi Muhammad adalah Namus (malaikat) terbesar yang dulu juga mendatangi Musa. Sungguh, Muhammad adalah nabi bagi kaumnya. Yakinkanlah dia.''

Khadijah lalu menceritakan apa yang dikatakan Waraqah kepada Muhammad. Karena merasa belum menyelesaikan uzlahnya, Muhammad kembali ke Gua Hira untuk beberapa waktu. Sekembali dari sana, Muhammad biasa datang ke Kabah lebih dulu untuk tawaf sebelum pulang ke rumah.

Setelah tawaf, Muhammad mendapati Waraqah di kompleks Kabah. Waraqah meminta Muhammad menceritakan kejadian di malam menjelang akhir Ramadhan. Muhammad menceritakan apa yang telah Khadijah ceritakan kepada Waraqah. Waraqah pun mengatakan hal yang sama seperti yang ia katakan kepada Khadijah. Namun, kali ini Waraqah menambahkan, ''Engkau akan didustakan, diperlakukan buruk, diusir, bahkan diperangi. Seandainya aku masih hidup saat itu semua terjadi, aku pasti akan membelamu.''

Apa yang disampaikan Waraqah ditegaskan langit melalui wahyu ke dua, surat Al-Qalam ayat 1-4. Allah SWT meyakinkan apa yang diterima Muhammad bukan indikasi kegilaan.

Setelah wahyu ke dua, terdapat masa jeda yang membuat Muhammad khawatir jika melakukan sesuatu yang membuat Allah SWT tidak senang. Khadijah meyakinkan tidak mungkin demikian. Akhirnya, wahyu berikutnya turun, surat Ad-Dhuha ayat 1-11.

Sesuai dengan ayat terakhir surat Ad-Dhuha, ''Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka siarkanlah'', Rasulullah kini mulai berbicara tentang malaikat dan wahyu yang ia terima kepada orang-orang terdekat dan meminta mereka merahasiakannya.

Suatu hari, Jibril datang kepada Rasullah di dataran tinggi Mekkah. Ia menendang sebuah bukit sehingga memancarkan air. Jibril lalu mengajarkan cara berwudhu sebelum beribadah dan Rasulullah mengikutinya. Jibril lalu menunjukkan tata cara shalat, Rasulullah pun mengikutinya dengan diawali takbir dan diakhiri dengan salam.

Setelah itu, Rasulullah kembali ke rumah dan mengajarkan apa yang dipelajarinya kepada Khadijah dan mereka shalat bersama. Agama itu kini dibangun berdasarkan penyucian dan shalat.

sumber : Martin Lings. Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik. Serambi; Hepi Andi Bastoni. 101 Wanita Teladan di Masa Rasulullah. Robbani Press.
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement