REPUBLIKA.CO.ID, -- Komite Uni Eropa meminta Amerika Serikat berhati-hati mengenai status Yerusalem yang akan diakui sebagai ibu kota Israel. Ketua Diplomatik Uni Eropa Federica Mogherini mengatakan, keputusan itu akan menimbulkan akibat serius.
"Sejak awal tahun komite Eropa jelas melihat akan ada konsekuensi atas keputusan sepihak mengenai status Yerusalem. Akan ada dampak serius pada opini publik di sebagian besar dunia," kata Federica Mogherini dalam keterangan resmi yang dikutip Dailymail, Selasa (5/12).
Dia mengatakan, fokus yang harus dicapai di kawasan tersebut bukan pengakuan ibu kota Israel. Melainkan upaya melanjutkan perdamaian dan menghindar dari keputusan yang mengakibatkan mundurnya perdamaian tersebut.
Komite Uni Eropa mengatakan, akan terus terlibat dengan kedua belah pihak dan mitra internasional dan regionalnya. Hal itu dilakukan untuk mendukung dimulainya kembali proses perdamaian di kawasan.
Uni Eropa juga akan mendukung solusi kedua negara dan dalam menghadapi konflik tersebut serta memperingatkan agar tidak melakukan sesuatu yang dapat membahayakan proses perdamaian.
Pejabat AS mengatakan, Trump hingga saat inibelum membuat keputusan akhir terkait hal tersebut. Dia melanjutan, Trump juga tidak akan memindahkan kedutaan AS ke Yerusalem dalam waktu dekat, meskipun secara pribadi dia masih akan mengakui Yerusalem sebagai Ibukota Israel.
Presiden Donald Trump dikabarkan menunda pengumuman soal pemindahan kedutaan AS di Israel dari Tel-Aviv ke Yerusalem selama enam bulan lagi. Trump diperkirakan akan mengeluarkan perintah sementara, yang kedua sejak dia menjabat, untuk menunda pemindahan kedutaan.
"Pengumuman tentang keputusan tersebut akan dibuat dalam beberapa waktu mendatang," ujar juru bicara Gedung Putih Hogan Gidley kepada wartawan di atas Air Force One saat Trump kembali dari sebuah perjalanan.