REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia naik tipis pada akhir perdagangan Selasa (5/12) atau Rabu (6/12) pagi WIB, didukung menguatnya permintaan dan kesepakatan untuk memperpanjang pemotongan produksi minyak. Para analis mengatakan pertumbuhan permintaan yang lebih cepat dari perkiraan telah mendorong harga minyak lebih tinggi tahun ini, dan sekarang permintaan para investor tetap kuat.
Goldman Sachs Group memperkirakan pada Senin (4/12) sore bahwa harga minyak akan mempertahankan kekuatan mereka, setidaknya sampai 2018. Bank investasi itu menaikkan perkiraan untuk Brent dan WTI pada 2018 masing-masing menjadi 62 dolar AS dan 57,5 dolar AS per barel, karena Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, OPEC, dan sekutunya menunjukkan komitmen yang lebih kuat daripada yang diperkirakan, untuk memperpanjang pembatasan produksi mereka.
OPEC dan produsen-produsen minyak non-OPEC pekan lalu memutuskan untuk memperpanjang pengurangan produksi mereka selama sembilan bulan tambahan hingga akhir 2018. Sebanyak 24 negara memutuskan untuk mempertahankan pemangkasan produksi sekitar 1,8 juta barel per hari (bpd) sampai 31 Desember 2018, kata Khalid Al-Falih, Menteri Energi, Industri dan Sumber Daya Mineral, Arab Saudi.
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, naik 0,15 dolar AS menjadi menetap di 57,62 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Februari, naik 0,41 dolar AS menjadi ditutup pada 62,86 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.