REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Sekretaris Jenderal Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Saeb Erekat mengecam keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, Rabu (6/12). Menurutnya, keputusan tersebut telah menghancurkan kemungkinan damai antara Palestina dan Israel.
"Presiden Trump baru saja menghancurkan kemungkinan solusi dua negara. Presiden Trump, malam ini, membuat kesalahan besar dalam hidupnya," kata Erekat, yang juga merupakan negosiator utama Palestina, dilaporkan laman CNN.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas sebelumnya telah merespons keputusan Trump. "Ini adalah hadiah untuk Israel," kata Abbas menanggapi pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel oleh AS.
Ia menilai keputusan Trump ini akan mendorong pendudukan dan okupasi lebih lanjut oleh Israel terhadap tanah Palestina. Dengan keputusan tersebut pula, Abbas menyatakan AS tak akan lagi bisa menjadi mediator dalam penyelesaian konflik Palestina-Israel.
Trump telah mengumumkan Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Rabu (6/12). "Sudah waktunya mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel," katanya ketika membuat pengumuman di Gedung Putih.
Ia mengatakan, AS sudah dua dekade mengabaikan rencana mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Kendati telah memutuskan hal demikian, AS, ungkap Trump, tetap mendukung solusi dua negara bila hal tersebut disetujui rakyat Palestina dan Israel.