REPUBLIKA.CO.ID, Seluruh menteri luar negeri dari 28 negara Uni Eropa menentang rencana pemindahan Kedutaan Besar Amerika Serikat ke Israel. Peringatan ini telah disampaikan langsung kepada diplomat Amerika Serikat, Rex Tillerson.
"(Pernyataan Trump) berpotensi untuk mengirim kita kembali pada masa yang kelam atau bahkan lebih kelam dari yang saat ini kita jalani," ujar Perwakilan Tinggi EU untuk Urusan Luar Negeri Federica Mogherini pada Kamis (7/12), sebagaimana dilansir Independent.
Dalam kunjungan Tillerson ke Brussels, Mogherini dengan tegas menyatakan ketidaksetujuan Uni Eropa terhadap keputusan Trump. Ia menyatakan bahwa keputusan tersebut datang dari seluruh perdana menteri di 28 negara anggota Uni Eropa.
Mogherini meyakini bahwa solusi paling realistis adalah menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota dari kedua negara, yaitu Palestina dan Israel. Hal ini dapat dilakukan dengan membagi Yerusalem menjadi dua bagian untuk Palestina dan Israel.
"Pernyataan Presiden Trump terkait Yerusalem memiliki dampak potensial yang mengkhawatirkan," kata Mogherini.
Dalam kesempatan tersebut, Mogherini juga mengimbau agar seluruh 'aktor' yang memiliki pengaruh terhadap konflik Palestina-Israel dapat menghindari sikap yang mungkin memicu ketegangan. Alasannya, salah satu hal terburuk yang mungkin terjadi saat ini adalah peningkatan ketegangan di berbagai tempat suci.
"Karena apa yang terjadi di Yerusalem itu berarti bagi seluruh wilayah dan seluruh dunia," jelas Mogherini.
Isu pemindahan Kedutaan Besar merupakan hal yang sensitif dalam konflik di Timur Tengah. Di sisi lain, Israel secara sepihak telah mengklaim Yerusalem sebagai ibu kota mereka meski sebagian Yerusalem berlokasi di teritorial Palestina yang secara ilegal direbut oleh Israel.
(Baca juga: Palestina-Israel Kembali Bentrok Setelah Pernyataan Trump)