REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dalam sejarah pengobatan THT, ada beberapa ilmuwan dan dokter Muslim yang memberikan sumbangsih besar. Beberapa di antara mereka adalah:
- Ibnu Sina
Ia sudah kondang sebagai dokter Muslim, bahkan hingga dunia Barat. Ia mengumpulkan dan menyintesiskan banyak catatan pendahulunya dan memberi koreksi. Adikarya Ibnu Sina, The Canon, jadi salah satu rujukan utama pada abad pertengahan.
Karya Ibnu Sina tak hanya berkontribusi besar bagi dunia pengobatan abad pertengahan, tapi juga dunia kedokteran profesional sepanjang masa. Tulisan Ibnu Sina lebih diakui dibanding naskah kedokteran karya Hippocrates, Galen, dan Rhazer di universitas-universitas Timur dan Barat.
Studi kedokteran Ibnu Sina sebagiannya berasal dari praktik para pendahulunya dan sebagian lagi berasal dari studi empiris dan praktik yang ia lakukan. Bahkan, sebagian praktik pengobatan yang dilakukan Ibnu Sina masih digunakan di negara-negara Timur Tengah hingga sekarang.
The Canon tak cuma ensiklopedia, tapi juga berisi bab-bab lengkap tentang anatomi, fisiologi, dan gangguan pada THT. Untuk diagnosis gangguan THT, ia menggunakan cermin, spekula khusus, dan menggunakan rabaan jari untuk membedakan jenis pembengkakan.
Penguasaan teknik dan pengembangan teknik deteksi menggunakan sentuhan jari ini membuat Ibnu Sina bisa membedakan antara penyakit oral, faringeal, dan laringeal secara akurat. Ia juga mampu membedakan tumor jinak dan ganas. Ia juga bisa mendiagnosis gangguan pita suara tanpa harus melihatnya.
Ibnu Sina memberi informasi detail tentang gejala ketulian, tinnitus (bunyi atau dengungan pada telinga), vertigo, rhinorrhea, disfungsi laring akibat vibrasi pita suara yang abnormal, kesulitan menelan, dan sumbatan aliran nafas.
Ia mencatatkan sebab-sebab ketulian dan tinnitus, serta membagi setidaknya lima tipe tinnitus. Acuan ini kemudian digunakan dunia kedokteran. Ia juga menyarankan digunakannya perkakas dan instrumen baru untuk memeriksa dan mendiagnosis penyakit.
Ia mendeskripsikan metode baru untuk mengevaluasi tingkat pendengaran menggunakan uji tiga intensitas suara. Ibnu Sina pula yang pertama kali menggunakan pipa logam melengkung dari perak atau emas untuk menyelamatkan pasien gagal nafas. Sayangnya, beberapa sejarawan salah mengatribusikan praktik pertama itu kepada Mac Ewan dan Einsenmenger pada 1847.
Ibnu Sina juga pernah melakukan operasi menggunakan anastesi inhalasi umum menggunakan spons anastetik. Untuk mensterilkan peralatan bedah, ia menggunakan cairan empedu segar dan menggunakan peralatan terbaru untuk operasi THT.
- Ibnu al-Baladi
Ia juga merupakan pediatrik masyhur pada abad 10. Ia menulis sebuah bab lengkap tentang penyakit THT dalam buku kedokteran Perawatan Ibu Hamil, Bayi, dan Anak. Ia secara detail menguraikan gangguan akibat cacat turunan (kongenital), traumatik, pembengkakan (inflamasi), dan neoplastis pada telinga, hidung, dan tenggorokan.
- Avinzoar
Dia adalah dokter dari Andalusia yang tinggal di Sevilla. Pada abad 12, dia menulis sebuah buku al-Tayseer. Buku ini kaya akan pembahasan penyakit THT. Avinzoar merupakan dokter pertama dari dunia Arab yang membantah penjelasan Hippocrates soal empat cairan tubuh manusia. Avinzoar menyatakan cairan di tubuh manusia adalah darah. Ia juga jadi orang pertama yang memulai etiologi saintifik secara riil dari inflamasi pada telinga, penyebab stridor, dan memberi deskripsi tepat tentang operasi trakeosomi pada pasien gagal nafas.
- Abol-Kasim al-Zahrawy (Abulcasis)
Ia merupakan ahli bedah yang masyhur pada abad 12. Ia digelari Bapak Bedah Arab dan Eropa. Ia menulis buku /al-Tassreef/ yang menjadi referensi klasik kedokteran pertama kali. Pada abad 13, volume buku ini kemudian difokuskan pada bahasan bedah umum dan bedah THT.
Ketenarannya sebagai ahli bedah membuat para pakar sejarah menyejajarkan bahkan menempatkannya lebih tinggi dari Hippocrates. Teknik bedah Abulcasis dipakai semua dokter di dunia hingga abad 18 dan dipertahankan sampai hari ini dengan beberapa pengembangan.
Ia mengembangkan sekitar 200 alat bedah seperti pisau, kuret, retraktor, sendok bedah, pengait bedah, dan spekula. Praktik bedah Abulcasis mengadopsi inovasi bangsa Arab dan menambahkan penggunaan spons anastetik untuk anastesi total.
Untuk anastesi lokal, Abulcasis menggunakan es. Sterilisasi peralatan bedah menggunakan cairan empedu segar. Seperti Ibnu Sina dan Ali Ibnu Abbas, ia menggunakan teknik mengikat pembuluh darah saat operasi. Hal itu merupakan hal baru di dunia Islam kala itu.
Abulcasis juga merevolusi thermal-cauter dengan mengembangkan cauter baru untuk tujuan tindakan yang berbeda. Ia menggunakan cauter untuk menangani banyak penyakit. Penggunaan thermo-cauter yang rasional dan hati-hati meyakinkan para sejarawan untuk menobatkan Abulcasis sebagai penemu thermo cauter sebenarnya.