REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Penerbangan ke Bali pada puncak musim liburan tahun yaitu, Natal dan Tahun Baru 2018 diperkirakan mengalami penurunan hingga 30 persen.
"Dibandingkan dengan tahun lalu, mungkin 25 atau 30 persen ada penurunannya," kata Ketua Penerbangan Berjadwal Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (Inaca) Bayu Sutanto saat ditemui di Rapat Koordinasi Nasional Kementerian Pariwisata di Jakarta, Selasa (12/12).
Dia mengatakan faktor utama dari penurunan tersebut, yaitu erupsi Gunung Agung yang saat ini masih berstatus awas. Hal itu, kata dia, ditandai dengan sejumlah penundaan acara, baik itu tingkat nasional dan internasional.
"Kelihatan akan turun. Saya lihat beberapa acara 'event' termasuk di beberapa maskapai kita dengan pabrikan untuk mengadakan 'workshop' seminar di Bali, kita tunda semua," katanya.
Selain itu, kata dia, orang-orang cenderung menunda liburan ke Bali untuk menghindari dampak buruk dari erupsi. "Pengecualian khususnya rute ke Denpasar karena kendala ada kejadian Gunung Agung yang belum pasti karena belum meledak besar juga. Sehingga orang menunda atau mengalihkan perjalanannya untuk liburan, baik pribadi, keluarga maupun rapat perusahaan," katanya.
Meski demikian, Bayu mengatakan tingkat keterisian penumpang tetap tinggi, namun destinasi beralih dari Bali ke Yogyakarta, Semarang dan Bandung. Selain itu, dia menambahkan, sejumlah penumpang cenderung beralih ke luar negeri, seperti Singapura atau Thailand.
"Natal dan Tahun Baru di Denpasar tidak seramai tahun sebelumnya, mungkin pindah ke tempat lain atau ke luar negeri yang paling dekat Singapura atau Bangkok, tapi untuk maskapai penerbangan paling jauh terbang ke Jepang, Korea, Australia, Timur Tengah," katanya.
Namun, Bayu menyebutkan secara umum peningkatan lalu lintas penerbangan mencapai 15 persen pada akhir tahun ini, untuk rute-rute tertentu, seperti Medan dan Manado 20 persen.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengaku hal itu merupakan kondisi yang sulit, terutama untuk mengejar target jumlah wisatawan mancanegara hingga akhir tahun ini. "Kita kehilangan satu juta, memang kondisinya sulit karena kalau kita tetap memaksakan dan ternyata erupsi, kepercayaan orang akan hilang," ujarnya.