Sabtu 16 Dec 2017 07:06 WIB

Hakikat Rasa Syukur

Rep: Mgrol98/ Red: Agung Sasongko
Gerakan shalat saat sedang bersujud (ilustrasi).
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Gerakan shalat saat sedang bersujud (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Syukur adalah akhlak mulia, yang muncul karena adanya rasa kecintaan dan keridhaan terhadap Allah subhanahu wa ta’ala, Sang Pemberi Nikmat. Seseorang yang diebrikan nikmat oleh-Nya walaupun sedikit, tidak mungkin akan bersyukur kalau tidak ada keridhaan di hatinya.

Orang yang mendapatkan penghasilan yang sedikit dan pas-pasan tidak akan bisa bersyukur jika tidak ada keridhaan di hatinya juga. Demikian pula orang yang diberi kelamcaran rezeki dan harta yang melimpah, akan terus merasa kurang dan tidak akan bersyukur jika tidak diiringi keridhaan.

Ibnu Qayyim dalam kitabnya, Thariq al Hijratain, mnjelaskan bahwa hakikat syukur adalah mengkui nimat Sang Pemberi Kenikmatan dengan penuh ketundukan dan kecintaan kepada-Nya.

Lalu apa hakikat dari bersyukur?

Dalam buku Rahasia Di Balik Usia 40 Tahun yang ditulis oleh Ahmad Annuri MA disebutkan beberapa hakikat syukur, yaitu:

1. Barangsiapa tidak menyadari adanya nikmat, maka dia tidak dianggap bersyukur.

2. Baarangsiapa yang menadari adanya nikmat namun tidak mengenal siapa pemberinya, maka dia tidak dianggap bersyukur.

3. Barangsiapa yang menyadari adanya nikmat dan mengetahui Sang Pemberi nikmat namun dia mengingkarinya, maka dia juga dianggap tidak bersyukur

4. Barangsiapa yang meyadari adanya nikmat dan mengetahui Sang Pemberi nikmat serta menagkui kenikmatan tersebut da tidak mengingkarinya namaun ia tunduk pada-Nya dan tidak  pula mencintai-Nya, maka dia pun dianggap tidak bersyukur.

5. Barangsiapa yang menyadari adanya nikmay dan mengetahui Sang Pemberi nikmat lalu mengakui kenikmatan tersebutdan tunduk serta cinta pada-Nya. Kemudian mempergunakan kenikmatan tersebut dalam hal-hal yang dicintai Allah subhanau wa ta’ala, inilah orang-orang yan dianggap bersyukur.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement