Ahad 17 Dec 2017 17:03 WIB

Kisah Pembelot Korut yang Ingin Kembali Lagi ke Negaranya

Kwon Chol Nam mengaku tinggal di Korea Selatan hanyalah diperbudak materi.
Foto: ABC
Kwon Chol Nam mengaku tinggal di Korea Selatan hanyalah diperbudak materi.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Kwon Chol Nam melarikan diri dari Korea Utara ke Cina dengan mengarungi sungai perbatasan di malam hari dan harus merangkak di bawah pagar kawat berduri.

Ia harus melakukan perjalanan yang panjang dan berbahaya di Cina dengan melewati belantara hutan di Laos untuk sampai ke Thailand sebelum akhirnya terbang ke Korea Selatan untuk memulai kehidupan baru.

Itulah yang ia alami tiga tahun lalu. Tapi setelah melewati banyak bahaya, risiko, dan kesulitan, ia kini ingin kembali ke Korea Utara. Korea Selatan ternyata tidaklah seperti yang ia harapkan dan ia sangat rindu keluarganya.

"Korea Utara adalah rumah saya, disitulah anak saya hidup dan orang tua saya meninggal," katanya.

"Tak ada harapan untuk tinggal di sini. Saya telah mengalami begitu banyak pelecehan dan diperlakukan seperti warga kelas dua."

Selama beberapa dekade terakhir ribuan warga Korea Utara telah mempertaruhkan tubuh dan nyawa mereka melarikan diri dari penindasan di tanah kelahiran mereka, dan mencari perlindungan di Korea Selatan. Tapi sekarang tanpa diduga, jumlah yang ingin kembali ke tanah air mereka terus bertambah. Mereka mengatakan Korea Selatan bukanlah tanah yang menawarkan kebebasan dan kemakmuran yang dijanjikan.

Kwon hidup dalam kemiskinan dan terisolasi dalam sebuah ruangan kecil di pinggiran kota Seoul. Pembayaran uang sewa tempat tinggalnya tergantung sumbangan.

Ia menganggur dan mengaku saat bekerja sebagai buruh mendapat bayaran jauh lebih sedikit daripada rekan-rekan kerjanya atau bahkan tidak dibayar sama sekali. Ia mengaku menderita stigma sebagai orang yang datang dari Korea Utara dengan mengatakan sebagian besar warga Korea Selatan melihatnya terbelakang atau bodoh.

"Saya kesepian dan sebagian besar pendatang dari Korea Utara berpikir yang sama. Orang Korea Selatan tidak mau bersosialisasi dengan kami, mereka tidak memperlakukan kami seperti manusia," katanya.

"Meskipun Korea Utara lebih miskin, saya merasa lebih bebas di Korea Utara. Tetangga dan orang-orangnya saling membantu satu sama lain dan saling bergantung satu sama lain. Hidup lebih sederhana di sana dan di sini [Korea Selatan] mereka hanya diperbudak uang," katanya.

Perbatasan yang memisahkan Korea Utara dan Korea Selatan.
Perbatasan yang memisahkan Korea Utara dan Korea Selatan.

ABC: Brant Cumming

Pendatang berjuang di Selatan

Kwon telah mencoba kembali secara ilegal melalui Cina, namun saat hendak pergi pemerintah Korea Selatan menangkapnya dan dia mendekam beberapa bulan di penjara. Pendatang Korea Utara dengan segera mendapat kewarganegaraan, dan sebagai warga negara mereka dilarang secara hukum memiliki kontak atau mengunjungi Korea Utara.

Tapi sekarang dia memimpin sebuah kampanye agar pemerintah Korea Selatan dapat mengubah undang-undang yang mengizinkan pendatang asal Korea Utara pulang ke tanah kelahirannya. Diketahui ada sekitar 80 pendatang Korea Utara yang secara aktif berusaha untuk kembali.

Kwon telah menghabiskan beberapa bulan terakhir melakukan protes dan melobi PBB serta parlemen Korea Selatan. "Saya telah menyatakan diri sebagai warga Korea Utara. Meskipun tubuh saya ada di sini, pikiran saya berada di rumah saya, Korea Utara," katanya.

Para pendatang asal Korea Utara pernah disambut di Korea Selatan dengan diberikan rumah baru dan tunjangan hidup yang mencukupi, tapi hal ini tidak lagi diberikan.

Ada sekitar 25 ribu orang yang tinggal di Korea Selatan dan mereka berjuang menyesuaikan diri dengan kapitalis yang sangat kompetitif dan kehidupan yang lebih cepat di Korea Selatan. Studi memperkirakan lebih dari setengah warga tersebut mengalami diskriminasi dan depresi, serta pengangguran di antara mereka enam kali lebih tinggi dari rata-rata warga Korea Selatan.

Diperkirakan 25 persen dari semua pendatang sudah serius mempertimbangkan kembali ke rumah.

Kim Hyung Doek sudah tinggal di Korea Selatan selama 20 tahun dan merasa ingin kembali ke Korea Utara.
Kim Hyung Doek sudah tinggal di Korea Selatan selama 20 tahun dan merasa ingin kembali ke Korea Utara.

ABC: Brant Cumming

Bahkan pendatang seperti Kim Hyung Doek, yang telah berada di Korea Selatan selama 20 tahun dan telah berhasil meniti karier yang sukses, menghasilkan uang dan membesarkan keluarganya, ia pun ingin kembali.

"Ada perasaan kuat untuk benar-benar kembali dan tinggal bersama keluarga saya karena di situlah saya dilahirkan dan dibesarkan," katanya.

"Sulit untuk beradaptasi di Korea Selatan, tapi saya melakukannya. Saya sangat menderita dengan adanya diskriminasi. Ada perbedaan sekitar 40 tahun antara Korea Utara dan Selatan," katanya.

Beberapa tahun yang lalu, Kim pergi ke kedutaan Korea Utara di Cina dan meminta visa pengunjung, namun ditolak dengan tegas. Ia berharap hubungan antara Korea Utara dan Selatan akan membaik sehingga suatu saat nanti ia bisa kembali menemui keluarganya.

Jumlah pendatang mencapai ratusan

Ada jalan yang sulit bagi para pendatang asal Korea Utara. Mereka hidup tak menentu, dikucilkan di Korea Selatan, tapi juga tidak diterima kembali di tanah air mereka di mana mereka digunakan sebagai propaganda dan dihukum.

Tidak mungkin mengetahui berapa banyak pendatang yang telah kembali ke Korea Utara. Kementerian Unifikasi Korea Selatan mengatakan jumlahnya ada 13, namun bukti lain menunjukkan angka sebenarnya lebih tinggi.

Yang belum diketahui pasti termasuk 800 pendatang yang tiba di Korea Selatan. Mereka menjadi tanda rezim di Korea Utara telah melakukan kampanye di bawah Kim Jong-un untuk merayu mereka kembali ke Korea Utara, dilaporkan mendapat tawaran uang tunai, pekerjaan dan rumah.

Sesampainya di sana, mereka memakai media negara Korea Utara untuk mengklaim jika mereka telah "diculik" dan "hidup bagaikan di neraka" di Korea Selatan.

Kwon Chol Nam North asal Korea Utara yang tinggal di Seoul, Korea Selatan.
Kwon Chol Nam North asal Korea Utara yang tinggal di Seoul, Korea Selatan.

ABC: Brant Cumming

Apapun alasannya, Kwon menyatakan keinginannya untuk pulang lebih kuat dari sebelumnya. "Tentu saja saya akan dihukum tapi saya siap menerimanya," katanya.

"Di DPRK [Korea Utara] ada satu orang dan satu peraturan dan pemimpin besar kami mengatakan dia akan memaafkan orang-orang yang meninggalkan Korea Utara."

Simak beritanya dalam bahasa Inggris disini.

 

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/pengakuan-warga-korut-yang-ingin-kembali/9263628
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement