REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fiji. Negara kepulauan yang terletak di selatan Samudra Pasifik berjarak 2.000 kilometer dari timur laut Selandia Baru itu adalah rumah bagi sekitar 62.534 umat Islam. Sejatinya, Islam adalah agama minoritas di negeri itu. Populasi Muslim hanya sekitar 7-8 persen dari jumlah penduduk negeri tersebut.
Sebanyak 59,7 persen Muslim di negara yang terdiri dari 322 pulau itu adalah pengikut Suni bermazhab Imam Abu Hanifah. Islam telah hadir di negara yang beribu kota Suva itu sejak akhir abad ke-19 M. Adalah Muslim dari India yang pertama kali datang ke Republik Kepulauan Fiji pada 1879 hingga 1916.
Mereka adalah pekerja kasar dari India yang didatangkan oleh penjajah Inggris. Dari sekitar 60.553 pekerja dari negeri Hindustan itu, sebanyak 14,3 persen adalah Muslim. Sebanyak 6.557 pekerja berasal dari Kalkuta, India, adalah Muslim. Selain itu, 1.091 pekerja Muslim lainnya berasal dari Madras dan 1.450 Afghanistan serta Punjab.
Mereka dikontrak untuk bekerja di Fiji selama lima tahun. Setelah masa kontrak para pekerja itu berakhir sejak 1884, sebagian umat Islam memilih tetap tinggal di kepulauan itu. Lalu, mereka membentuk komunitas Islam di negara yang kini berpenduduk 849 ribu jiwa itu.
Umat Islam di Fiji pun lalu memilih seorang imam dan mulai menggelar aktivitas keagamaan bersama, seperti shalat berjamaah, mengaji, hingga urusan-urusan muamalah lainnya. Lantaran tingkat pendidikan umat Islam yang awal datang ke Fiji rendah, mereka menjadikan Islam sebagai sebuah kepercayaan yang disebarkan dengan budaya oral.
Untunglah ada beberapa kuli kontrak yang hafal Alquran sehingga Muslim yang lainnya bisa menimba ilmu. Pada awalnya, umat Muslim di Fiji harus menyembunyikan keyakinannya. Satu dekade kemudian, barulah mereka berani menampilkan identitasnya sebagai komunitas Muslim. Sejak itu, umat Islam di negara itu menggelar Maulid Nabi Muhammad SAW atau mengadakan shalat Idul Fitri dan Idul Adha secara terbuka.
Menurut catatan sejarah, baru pada 1894 Muslim di Navua menggelar penyembelihan hewan kurban pertama dan mengadakan shalat Idul Adha bersama di rumah seorang warga Muslim. Saat itu, di wilayah tersebut belum ada bangunan masjid. Masjid pertama di Navua, Fiji, berdiri pada 1900 M.
Dua tahun kemudian, masjid kedua berdiri di Labasa, Fiji. Hingga 1908, di negara itu terdapat sekitar 4.000 Muslim. Mereka tersebar di pulau-pulau kecil seantero Fiji dan hanya 70 orang yang menetap di Suva, Ibu Kota Fiji. Saat itu, belum ada sekolah dan masjid di sana.
Muslim Fiji mendirikan organisasi Muslim pertama, baru setingkat distrik, tahun 1909. Saat itu, mereka mendirikan semacam komisi pendidikan untuk pengajaran agama bagi anak-anak mereka yang mereka sebut Urdu. Di sinilah baca tulis huruf Arab pertama kali diajarkan.
Pada 1915, Anjuman Hidayat ul-Islam mengirimkan petisi kepada pemerintah. Mereka meminta agar urusan pernikahan dilakukan oleh seorang kadi yang secara formal diakui oleh Pemerintah Suva. Pada 1919, keberadaan organisasi Muslim sewilayah Fiji mulai digagas.
Adalah The Anjuman-e-Islam yang menjadi cikal bakal Liga Muslim Fiji. Mereka secara intensif mengajak kelompok Muslimin di beberapa wilayah untuk membentuk organisasi yang akan menjadi payung kaum Muslim Fiji. Pada 31 Oktober 1926 di Masjid Jami Toorak, mereka memproklamasikan berdirinya Liga Muslim Fiji. Ketuanya adalah Abdul Azis Khan, imigran asal India yang menjadi pebisnis sukses di Fiji.
Liga Muslim Fiji hadir untuk memayungi umat Islam Fiji yang jumlahnya sekitar delapan persen dari seluruh populasi. Liga Muslim Fiji telah memiliki sekitar 23 kantor cabang dan tiga anak organisasi di bawahnya, yaitu organisasi Muslimah, pemuda, dan olahraga. Liga Muslim Fiji juga menjadi anggota beberapa organisasi Muslim internasional.
Organisasi berhaluan Suni itu telah mengelola puluhan sekolah dasar, lima sekolah menengah, dan satu institut kejuruan. Selain itu, lembaga tersebut juga mengelola masjid yang tersebar di Fiji dan mengurus penghimpunan dan penyebaran zakat.
Bidang pendidikan menjadi program utama yang dikelola Liga Muslim Fiji. Sebagai bagian dari bangsa, lembaga tersebut juga turut bertanggung jawab menyediakan sumber daya manusia yang andal bagi kemajuan negara.
Lembaga pendidikan yang dikelola Liga Muslim Fiji yang paling maju pesat adalah Nadi Muslim College (NMC). Setengah abad silam, sekolah itu berawal dari bangunan sederhana di sekitar masjid. Kini, NMC telah menjelma menjadi sekolah elite di negera itu.
NMC berkembang pesat sejak era 1980-an. Lahan sekolah itu merupakan hibah dari Pemerintah Fiji kepada Liga Muslim Fiji. Lahan seluas 4,05 hektare itu lalu dimanfaatkan untuk memperluas sekolah NMC. Tak hanya Muslim yang menimba ilmu, umat lainnya juga belajar di sekolah itu.