Jumat 22 Dec 2017 20:17 WIB

Kementan Ungkap Manfaat Toko Tani Daring

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nur Aini
Toko tani Indonesia.
Foto: kementan
Toko tani Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) meluncurkan aplikasi e-commerce Toko Tani Indonesia (TTI) yang melibatkan petani, masyarakat, lembaga keuangan, dan transportasi. Layaman e-commerce tersebut juga diluncurkan untuk merespon perkembangan ekonomi digital serta kemudahan berbelanja bagi masyarakat. Pasalnya, ke depan, Kementan akan memperbanyak jumlah TTI dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).

Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan Agung Hendriadi menyatakan tahun depan akan menambah jumlah TTI dan Gapoktan. "Kita kembangin 1.000 lagi TTI dan 500 Gapoktan," ujarnya di Jakarta, Jumat (22/12).

Menurutnya, bila bisnis semakin berkembang, maka tidak mungkin mengandalkan operasional secara manual. "Maka kita bangun layanan e-commerce, tapi saat ini kita batasi dulu layanannya untuk pemesanan barang dari TTI kepada Gapoktan," kata Agung.

Ia menyebutkan, saat ini, sudah ada 2.433 TTI yang tersebar di 32 provinsi dengan jumlah Gapoktan sekitar 898. Sebelumnya pada 2016, baru terdapat 1.320 TTI dengan 492 Gapoktan.

Melalui aplikasi e-commerce TTI, kata Agung, TTI Center (TTIC) sebagai pusat distribusi dapat mengontrol apakah pesanan dari TTI sudah dikirim oleh Gapoktan, lalu apakah TTI sudah membayar ke Gapoktan. Proses pembayaran tersebut dilakukan secara elektronik.

"Maka kami juga menginginkan adanya bank penjamin. Dalam hal ini, kita kerja sama dengan BRI (Bank Rakyat Indonesia). Jadi bila ada pesanan dari TTI, BRI akan membayarkan dulu ke Gapoktan karena Gapoktan nggak bisa dibayar nanti, sehingga utangnya antara TTI dengan BRI," kata Agung.

Baginya, skema tersebut bisa mempercepat proses. "Dengan begitu kita harapkan, distribusi pangan berkualitas ini dapat semakin luas apalagi BRI ada di mana saja," ujarnya.

Agung menuturkan ada beberapa manfaat aplikasi e-commerce TTI. Di antaranya ketersediaan informasi stok di sisi Gapoktan dan TTI, kepastian pengiriman serta monitoring proses pengiriman, jaminan kontinuitas pasokan, minimalisasi biaya distribusi, adanya kepastian harga dan stok yang bisa dibeli masyarakat, juga informasi akses lokasi TTI terdekat bagi masyarakat.

Output dari sistem berupa 'Bank Data' mengenai pola produksi serta pola transaksi ini, ke depannya sebagai bahan penyusunan kebijakan Kementan. Terutama terkait pemasaran hasil pertanian dan program stabilisasi harga serta pasokan pangan.

Ke depan, aplikasi itu akan terus dikembangkan sehingga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai konsumen. Hanya saja, Agung, enggan menyebutkan berapa total investasi untuk membangun layanan e-commerce tersebut.

"Investasinya kecil, cuma beli komputer satu. Kan masing-masing sudah mempunyai handphone, jadi kami bangun dan pelihara sistemnya. Lebih banyak (dana) untuk pelihara daripada investasi," kata Agung.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement