REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada masa keemasan Kekaisaran Mali, di Timbuktu telah berdiri sebuah perguruan tinggi berkelas dunia, Universitas Sankore. Lembaga pendidikan itu menjadi salah satu incaran para pelajar Muslim dari berbagai negara di dunia. Universitas Sankore sempat menjadi obor peradaban dari Afrika Barat.
Pada abad ke-12, jumlah mahasiswa yang menimba ilmu di Universitas Sankore mencapai 25 ribu orang. Dibandingkan Universitas New York di era modern sekalipun, jumlah mahasiswa asing yang belajar di Universitas Sankore pada sembilan abad yang lampau masih jauh lebih banyak.
Padahal, jumlah penduduk Kota Timbuktu di masa itu hanya berjumlah 100 ribu jiwa. Penulis asal Prancis, Felix Dubois, dalam bukunya bertajuk Timbuctoo the Mysterious mengungkapkan, Universitas Sankore telah menerapkan standar dan persyaratan yang tinggi bagi para calon mahasiswa dan alumninya.
Universitas Sankore diakui sebagai perguruan tinggi berkelas dunia karena lulusannya mampu menghasilkan publikasi berupa buku dan kitab yang berkualitas. Buktinya, baru-baru ini di Timbuktu, Mali ditemukan lebih dari satu juta risalah. Selain itu, di kawasan Afrika Barat juga ditemukan tak kurang dari 20 juta manuskrip.
Jumlah risalah sebanyak itu dengan tema yang beragam dinilai kalangan sejarawan sungguh sangat fenomenal. Koleksi risalah kuno yang ditinggalkan kepada kita di Universitas Sankore membuktikan daya tarik dan kehebatan institusi pendidikan tinggi itu,” papar sejarawan Runoko Rashidi.
Fakta ini juga mampu mematahkan mitos selama ini yang menyatakan bahwa masyarakat Afrika lebih dominan dengan budaya tutur,” cetus Emad al-Turk, pimpinan dan salah satu pendiri Internasional Museum of Muslim Cultures (IMMC). Hal itu juga membuktikan bahwa masyarakat Afrika memiliki budaya baca dan kebudayaan yang sangat tinggi, apalagi pada abad ke-12 hingga 16 M. N