REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkembangan seni memanah, selain terungkap dalam sejumlah karya Muslim, juga terjadi seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang ada di dunia Islam. Saat Barat tenggelam dalam sebuah masa yang disebut Zaman Kegelapan, dunia Islam melaju dengan perkembangan ilmu dan budayanya.
Cendekiawan Muslim memadukan pemikiran dalam tataran ide dengan praktik di dunia nyata. Misalnya, pembedahan menggunakan anestesi telah dipraktikkan ratusan tahun di dunia Islam sebelum akhirnya muncul di Barat.
Beragam penemuan dan pemikiran kemudian didokumentasikan oleh para cendekiawan Muslim. Hingga kemudian menjadi serangkaian warisan yang berguna dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula dengan ilmu pengetahuan tentang panah dan memanah.
Di antara teks-teks yang ada tentang hal itu, gambaran tentang memanah tak sekadar terbatas pada kegiatan memanah dalam peperangan, tetapi juga sebagai sebuah olahraga. Di dunia Islam, sebenarnya kegiatan memanah ini bukan hal asing.
Sebab, Nabi Muhammad juga dikenal sebagai pemanah yang andal. Tiga busur yang diyakini miliknya tersimpan di Museum Istana Topkapi, Istanbul, Turki. Para cendekiawan juga menjelaskan bahwa busur merupakan salah satu mesin paling awal yang diciptakan manusia.
Pada intinya, busur adalah sebuah alat yang menyimpan energi yang kemudian melepasnya dengan mendorong anak panah agar meluncur ke sasaran. Energi yang dikeluarkan adalah energi kinetik. Sejumlah perkiraan mengungkapkan bahwa panah telah digunakan sejak Zaman Batu.
Namun, bukti tersebut merupakan bukti tak langsung yang berasal dari asumsi setelah ditemukannya panah-panah batu api. Penemuan dan penggunaan busur juga diperkirakan dilakukan pada masa yang hampir bersamaan.
Pada perkembangan berikutnya, penggunaan busur dan anak panah ini mulai menyebar. Terkadang, teknik penggunaannya juga menyebar dan saling memengaruhi. Tak heran, jika kemudian, teknik memanah orang-orang Mongol juga memengaruhi teknik tentara Muslim.
Disarikan dari Islam Digest Republika