Jumat 29 Dec 2017 19:41 WIB

Cakupan ORI Difteri di DKI di Bawah Target, Ini Penyebabnya

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Andri Saubani
Seorang siswi memperlihatkan brosur waspada difteri seusai melakukan imunisasi difteri saat sosialisasi komitmen pelaksaan kegiatan Outbreak Response Immunization (ORI) Difteri di Sekolah SMAN 33 Jakarta, Jalan Kamal Raya, Jakarta Barat, Senin (11/12).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Seorang siswi memperlihatkan brosur waspada difteri seusai melakukan imunisasi difteri saat sosialisasi komitmen pelaksaan kegiatan Outbreak Response Immunization (ORI) Difteri di Sekolah SMAN 33 Jakarta, Jalan Kamal Raya, Jakarta Barat, Senin (11/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat semenjak dilaksanakan 11 Desember 2017 lalu, pelaksanaan outbreak response immunization (ORI), yaitu pemberian imunisasi setelah mendapat laporan kejadian luar biasa (KLB) difteri di tiga provinsi yaitu DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat (Jabar) masih di bawah 60 persen. Kendalanya adalah masa libur sekolah.

Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan, Kemenkes Elizabeth Jane Soepardi mengatakan, cakupan imunisasi ORI difteri yang ia dapatkan hingga Kamis (28/12) diperoleh data yaitu DKI Jakarta 55,2 persen, Jabar 35,7 persen, dan Banten 50,3 persen. Ia mengakui, realisasi ORI difteri ini belum memenuhi target Kemenkes yang ingin cakupan di atas 95 persen.

"Kendalanya karena libur sekolah karena 75 persen pelaksanaan ORI di sekolah. Sedangkan waktu ORI difteri baru

dilaksanakan sepekan ternyata sekolahnya libur," ujarnya saat dihubungi Republika, Jumat (29/12).

Dengan kondisi demikian, kata dia, mestinya cakupan imunisasi hanya 25 persen. Tetapi, kata dia, faktanya cakupan ORI difteri di DKI Jakarta bisa berhasil menyentuh angka 55 persen, Banten bisa 50 persen, dan Jabar bisa 35 persen. Agar pelaksanaan ORI mencapai target Kemenkes, kata dia, ORI difreri kembali dilanjutkan di sekolah nanti begitu anak masuk sekolah.

"Kami akan meneruskan ORI difteri pada Januari 2018," katanya.

Ia menambahkan, biaya operasional ORI difteri dari pemerintah kabupaten/kota. Sementara logistiknya seperti vaksin, alat suntik jajaran Kemenkes.Dengan kembali dilanjutkannya ORI difteri, ia berharap tidak ada elemen masyarakat yang menolak. Efeknya target cakupan imunisasi 95 persen bisa dicapai.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement