Selasa 02 Jan 2018 12:45 WIB

Kerukunan Ala Istiqlal dan Katedral di Yogyakarta

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Masjid Syuhada dan Gereja HKBP masing-masing menggelar acara jelang pergantian tahun.
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Masjid Syuhada dan Gereja HKBP masing-masing menggelar acara jelang pergantian tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Masih berbekas rasanya kerukunan yang ditampilkan Masjid Syuhada dan Gereja Huria Batak Protestan (GHKBP) pada penghujung 2017 lalu di Kota Yogyakarta. Seperti juga Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral di Jakarta, kerukunan umat beragama yang ada begitu terjaga, walau masing-masing menggelar kegiatan keagamaan yang berbeda.

Setidaknya, tiga hari pemandangan kerukunan itu dapat dilihat jelas masyarakat luas. Mulai pelaksanaan Shalat Jumat pada 30 Desember 2017, malam pergantian tahun 31 Desember 2017 sampai pelaksanaan Misa Minggu pada 1 Januari 2018.

Dari semua kegiatan yang berlangsung, baik Masjid Syuhada maupun Gereja HKBP tanpa perlu banyak bicara legowo meminjamkan 'lahannya' untuk dijadikan tempat parkir. Hal itu bisa terlihat jelas saat Shalat Jum'at, Misa Minggu maupun malam pergantian tahun.

Pada Jumat 30 Desember, saat Masjid Syuhada menggelar Shalat Jumat, jalan-jalan di depan Gereja HKBP tampak dipenuhi kendaraan jamaah. Pada Ahad 1 Januari, saat Gereja HKPB menggelar Misa Minggu, jalan-jalan di depan Masjid Syuhada yang penuh kendaraan jemaat.

Kondisi itu membuat masyarakat yang hendak melaksanakan ibadah tida perlu repot mencari lokasi untuk memarkirkan kendaraan mereka. Salah satu jamaah Shalat Ju'at Masjid Syuhada, Rokhman, mengaku sudah sering parkir kendaraan sekitaran gereja.

"Soalnya kantor saya dari arah sana, jadi kalau datang Shalat Jumat gitu sekitaran masjid sudah penuh," kata Rokhman kepada Republika.co.id, Jumat (30/12) lalu.

Senada, salah satu jemaat Misa Minggu Gereja HKBP, Nina, merasa sudah biasa memarkirkan kendaraan sekitaran Masjid Syuhada. Pasalnya, Misa Minggu malam kerap dipadati jemaat, sehingga sering tidak kebagian tempat parkir sekitaran HKBP.

"Kalau malam itu penuh di sana (sekitaran HKBP), jadi deket-deket sini aja," ujar Nina, Ahad (1/1).

Bukan presiden dan wakil presiden, bukan jenderal-jenderal TNI/Polri, bukan menteri-menteri, bukan tokoh-tokoh agama apalagi politisi. Kerukunan cukup membutuhkan kelihaian tukang parkir agar kendaraan jemaat maupun jamaah tidak menghalangi rumah ibadah.

Selain itu, tentu kedewasaan masyarakat sebagai umat beragama yang turut berperan besar atas terjaganya kerukunan yang ada. Mereka tampak terbiasa hidup berdampingan, tanpa mempermasalahkan suku, agama, ras, kelompok maupun golongan.

Puncaknya terjadi pada malam pergantian tahun. Dari Masjid Syuhada ada Tabligh Akbar yang diselenggarakan Harian Republika, sedang dari Gereja HKBP ada misa yang digelar untuk menyambut pergantian tahun.

Kedua kegiatan digelar sejak Sabtu (31/12) petang sampai malam. Namun, masyarakat sudah mulai mendatangi Masjid Syuhada maupun Gereja HKBP sejak siang, mengingat sulitnya mencari lokasi parkir kendaraan jika datang terlalu malam.

Kondisi itu membuat Jalan I Dewa Nyoman Oka, Kotabaru, Yogyakarta, jalan yang membentang di tengah memisahkan Masjid Syuhada dan Gereja HKBP dipenuhi kendaraan. Uniknya, kendaraan jamaah maupun jemaat tidak musti berada di depan rumah ibadah mereka.

Cukup banyak kendaraan-kendaraan jemaat Gereja HKBP yang diparkir di sekitaran jalan dari Masjid Syuhada. Tidak sedikit pula kendaraan-kendaraan jamaah Masjid Syuhada yang diparkir di sekitaran jalan dari Gereja HKBP.

Hal ini membuat sebagian besar masyarakat yang ingin mengikuti kegiatan keagamaan baik di Masjid Syuhada maupun Gereja HKBP, berlalu lalang di Jalan I Dewa Nyoman Oka. Pemandangan itu tampak jelas mengingat busana yang dikenakan jemaat gereja dan jamaah masjid berbeda.

Tapi, justru perbedaan itu yang membuat pemandangan menjadi lebih menarik. Pasalnya, walau masyarakat yang berlalu lalang berbeda-beda busana, mereka tidak canggung beraktivitas dan tidak sungkan saling bertegur sapa.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement