Rabu 10 Jan 2018 00:25 WIB

Media Massa Nigeria Kerap Sudutkan Islam

Rep: Umi Nur Faradilah/ Red: Agung Sasongko
Muslim Nigeria
Muslim Nigeria

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Praktisi media Muslim Nigeria pada akhir pekan lalu mendesak media massa di negara itu  memastikan penggambaran adil terhadap Islam dan Muslim di negara tersebut.  Desakan itu adalah bagian dari resolusi jurnalis dan ilmuwan pada Konferensi Tahunan Kedua Praktisi Media Muslim Nigeria (MMPN), Lagos.

Dilansir dari Premium Times Nigeria, Selasa (9/1), konferensi itu diselenggarakan pada Sabtu lalu di Ruang Serbaguna Masjid Pusat Sekretariat Negara Lagos, Ikeja. Seorang wartawan veteran Liad Tella, mengatakan pemberitaan isu penderitaan Muslim dan Islam mengalami kemunduran karena media Nigeria didominasi oleh non-Muslim.

Dalam paparannya yang berjudul, Analisis Reportase Islam dan Muslim di Nigeria, ia mendesak umat Islam menjauhkan diri dari ketidakmampuan. Menurutnya, Muslim harus merangkul profesionalisme untuk mendapatkan rasa hormat dan kekaguman dari non-Muslim. Wartawan yang juga merupakan Senior Research Fellow di Departemen Komunikasi Massa, Universitas Ilorin itu juga menelusuri asal mula media Nigeria.

"Ini adalah fakta umat Islam tidak diwakili secara memadai di media, tapi kita bisa membuat perbedaan dengan mengecilkan ketidakmampuan dan merangkul profesionalisme," kata Tella.

Cendekiawan Islam dan aktivis hak asasi manusia, Lakin Akintola menuduh media Nigeria salah mengartikan umat Islam dalam beberapa kesempatan. Sehingga, menurut dia Muslim Nigeria harus berusaha memiliki rumah media. Ia mengimbau Serikat Jurnalis Nigeria (NUJ) memberi sanksi kepada wartawan yang sengaja menyalahartikan dan menyebar kebohongan ihwal Muslim Nigeria.

"Media Nigeria paling tidak adil bagi umat Islam di Nigeria, dan saya menyarankan agar wartawan Muslim meningkatkan kepemilikan rumah media, tutur dia.

Akintola tidak menampik, banyak umat Islam sengaja menutup diri dari media mengenai isu-isu yang menyangkut mereka. Sementara di lain waktu, kita melihat representasi paroki Islam dan Muslim Nigeria.

"Sekarang umum mendengar Muslim disebut sebagai teroris di media, itu terkutuk, "ujar Akintola.

Ketua konferensi, Lai Olurode mendesak wartawan Muslim lebih aktif memproyeksikan esensi sejati Islam sebagai agama damai. Olurode yang juga seorang profesor di Universitas Lagos, berpendapat konsep media Nigeria tidak dapat dibangun dalam arti yang sama seperti, media Inggris.

"Kami belum terlalu aktif sebagai praktisi media Muslim, dan kami tidak dapat mengharapkan orang lain menceritakan kisah kami, ujar Olurode.

Komisaris Urusan Negeri Lagos, AbdulHakeem AbdulLateef menyarankan umat Islam berusaha memiliki dan mengendalikan rumah media mereka sendiri. AbdulLateef, yang mewakili Gubernur Negara Bagian Lagos, Akinwunmi Ambode, juga mendesak umat Islam lebih aktif berperan dalam politik sehingga dapat mempengaruhi masyarakat secara positif.

Seorang jurnalis olahraga dan penerbit, Mumini Alao mendesak asosiasi itu mengambil langkah konkret dalam menangani penggambaran stereotip yang dirasakan di media. Alao mengatakan Dewan Pers dan badan pengatur media lainnya dapat mengisyaratkan perilaku tidak profesional dari media atas tindakan itu.

Poin tertinggi dari acara tersebut adalah pemberian penghargaan kepada petugas pendaftaran Joint Admission and Matriculation Board (JAMB) Isiaq Oloyede. Oloyede, seorang profesor, diakui karena sifat kepemimpinannya yang luar biasa sebagai kepala JAMB.

Ashiat Abdulkareem, seorang siswa Muslim wanita pemenang penghargaan di Lagos State, mendapat kehormatan sebagai 'Wajah Jilbab' atas kontribusinya memperjuangkan pengakuan hak-hak Hijab di Nigeria.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement