Rabu 10 Jan 2018 04:36 WIB

Cara Makan Rasulullah

Rep: A Syalaby Ichsan/ Red: Agung Sasongko
Rasulullah
Foto: wikipedia
Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai manusia, Rasulullah SAW juga memiliki kebutuhan untuk makan dan minum. Bedanya, Nabi SAW punya ca ra makan yang berlandaskan tun tun an dari Allah SWT. Gaya hidup Rasulullah ini lazim diikuti kaum Muslimin dari masa sahabat hingga kini. "Wahai para rasul, makanlah dari (makanan) yang baik-baik dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Menge tahui apa yang kamu kerjakan." (QS al-Mukminun: 51).

Nabi tidak pernah mencela makan an. Ditukil dari Syarah Shahih al-Bu khari yang ditulis Syekh Muhammad bin Shalih al- Utsmaini, Rasulullah akan menyantap makanan jika dia berselera. Jika tidak suka, dia meninggalkannya. Nabi pun kerap memuliakan makanan. Pada satu hadis lainnya yang diriwayatkan Imam Muslim, Nabi membandingkan beberapa macam buah dengan membaca Alquran.

Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Alquran adalah seperti buah turu jjah yang aromanya wangi dan rasanya enak. Perumpamaan se orang mukmin yang tidak membaca Alquran adalah seperti buah kurma yang tak beraroma dan rasanya manis. Perumpamaan seorang munafik yang membaca Alquran adalah seperti bunga raihanah yang aromanya wangi dan ra sa nya pahit. Sementara, perumpamaan seorang munafik yang tidak membaca Alquran adalah seperti buah hanzhalah yang aromanya busuk dan rasanya pahit.

Nabi mengajarkan kepada kita un tuk membaca basmalah dan menggunakan tangan kanan. Tak hanya itu, Na bi mencontoh kan agar memakan ma kan an yang paling dekat saat makan bersama dengan nampan. Ini sesuai de ngan apa yang diajarkan kepada Umar bin Abu Salamah.

"Semasa kecil aku diasuh oleh Rasulullah SAW (pada saat makan bersama) tanganku bergerak ke sana kemari di atas nampan. Maka, be liau bersabda kepadaku, "Wahai anak ku, bacalah basmalah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang dekat darimu."

Saat makan bersama dalam nam pan, Anas bin Malik seperti ditukil da lam HR Muslim mengatakan, Nabi SAW mencaricari labu di sekeliling nampan. Imam Bukhari memaknai hadis ini, yakni seseorang bisa mencari makanan yang disukainya saat makan bersama di nampan jika tidak membuat temannya marah. Selain itu, menurut al-Bu khari, makanan tersebut jenisnya bermacam-macam.

Ketika makan daging, Nabi SAW memotong daging bagian punggung kambing yang dipegang dengan pisau. Syekh Utsmaini menjelaskan, Nabi SAW menggunakan pisau untuk memotong daging karena daging itu terlalu keras. Dia tak bisa lang sung menggigit. Hadis ini kadang terlihat kontradiktif dengan hadis larangan memotong daging dengan pisau untuk makan.

Syekh Utsmani pun mengungkapkan, hal tersebut bergantung pada tuju an saat ma kan. Jika hendak bermewah-mewahan atau merasa jijik tangannya tersentuh daging, penggunaan pisau itu tidak boleh dan dilarang. Adapun jika pisau itu dibutuhkan untuk memotong daging yang keras maka dibolehkan karena Nabi SAW pun melakukannya. Jika tidak butuh pisau, lebih baik jika mengambil dengan tangan, menggigitnya dan menggerogoti gigi sendiri.

Hadis yang bersumber dari Ibnu Abbas RA menjelaskan, "Rasulullah SAW menggerogoti daging yang ada di tulang punggung, kemudian setelah itu beliau bangkit dan shalat tanpa berwudhu lagi." Nabi SAW pun mengajarkan kepada kita untuk tak berlebihan saat makan. Rasulullah menganalogikan hal ini dengan ungkapan jika orang mukmin makan dalam satu usus sementara orang kafir dalam tujuh usus. Ulama berbeda pendapat dengan hadis yang juga diriwayatkan Imam Muslim ini.

Syekh Utsmani menjelaskan, setidaknya ada tiga pendapat berbeda mengenai masalah ini. Pertama, hadis ini bermakna metaforik. Nabi hendak menunjuk karakter muk min sejati yang tidak rakus harta dunia. Seorang mukmin hanya sedikit mengambil harta dunia digambarkan memakan hanya dalam upaya memenuhi satu usus. Sementara, orang kafir yang serakah digambarkan akan memenuhi tujuh ususnya.

Pendapat kedua, orang mukmin memakan makanan halal, sedangkan orang kafir memakan makanan haram. Makanan halal sangat sedikit jika di ban ding dengan makan an haram. Se men tara, pendapat ketiga menjelaskan, hadis itu lebih pada upaya penyadaran dan dorongan untuk orang mukmin agar sedikit makan, mengingat banyak ma kan adalah karakter orang kafir. "Dan orang-orang kafir menikmati kesenangan (dunia) dan mereka makan seperti hewan makan." (QS Muhammad: 12).

Nabi SAW pun melarang kita untuk makan dengan piring-piring emas dan perak. Menurut Hudzaifah RA, Rasu lullah SAW mengatakan jika piring-piring itu untuk mereka (orang kafir) di dunia dan untuk umat Islam di akhirat. Dalam hadis lain, Nabi SAW pun mengancam orangorang yang meminum dengan bejana perak seakan api neraka jahanam dituangkan di dalam perutnya.

Syekh Utsmani menjelaskan, hikmah dari hadis tersebut adalah makan dan minum dengan bejana emas dan perak dapat menjadikan hati manusia sombong dan congkak. Jika mereka terjangkit penyakit ini, dia diharamkan masuk ke dalam surga.

Setelah selesai makan, Nabi SAW mengajarkan kepada kita untuk menjilati tangan hingga bersih. Dari Ka'ab bin Malik dari bapaknya beliau mengatakan, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam itu makan dengan menggunakan tiga jari dan menjilati jari-jari tersebut sebelum dibersihkan. (HR Muslim No 2032 dan lainnya)

Lantas, Nabi SAW berdoa,"Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, indah dan penuh berkah seraya tidak merasa cukup dengan selain-Mu, tidak pula mengingkari nikmat-nikmat Mu dan tidak juga merasa tidak butuh dengan karunia Mu, wahai Rabb-ku." Wallahu a'lam.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement